Author : Kanon Kuroii
Chapter : 9/??
Genre : romance, humor
Pairing : AoixUruha, UruhaxAoi, ToraxAoi (one-sided), more to come
Rating : PG-13
Warning : Manxman, idiot author, hentai Tora!
Disclaimer :
Comment : fanfic series pertama^^d
Prologue/Chapter 1/Chapter 2/Chapter 3/Chapter 4/Chapter 5/Chapter 6/Chapter 7/Chapter 8
Uruha memandang sekeliling kelas dengan malas. Aoi lagi – lagi tidak datang ke kelas gitar. Ia pun hanya duduk di kursi yang biasanya Aoi duduki. Memandangi seluruh siswa dan siswi sedang sibuk berlatih gitar. Entah mengapa kelas terasa berbeda saat tidak ada Aoi. Ia pun hanya menghelakan nafas dengan pelan.
***
Saga duduk di atas meja. Bass hitamnya dengan manis bertengger di pangkuannya. Ia memakai earphone di telinganya dan mencoba mengikuti betotan bass dari musik yang keluar dari earphonenya sambil sesekali ia menghentakkan kakinya. Ia sangat menikmati saat – saat bermain dengan bassnya dan sangat benci apabila ada yang menganggunya. Bahkan ia tidak segan – segan memukul orang itu.
Saga merasakan ada seseorang yang menarik earphonenya dari telinganya. “HEY!” Saga berteriak kesal.
“Apa?” Tora. Sudah berdiri di seblah Saga sambli memegang earphone di tangan kirinya. Saga yang kesal akhirnya menahan amarahnya dan menatap Tora dengan kesal.
“Ku kira kau ingat kalau kau sudah berjanji untuk menemaniku pergi ke toko CD saat pulang sekolah,” ucap Tora sambil tertawa kacil. Saga pun hanya menaikkan sebelah alisnya dengan bingung.
“Kemana blazermu?” tanya Saga heran.
Tora tertawa saat melihat muka Saga yang kebingungan saat melihatnya hanya mengenakan kemeja putihnya saja. “—Di pinjam,”
***
Aoi terbangun dari tidurnya. Sepertinya ia tidur cukup lama. Ia melihat ke bawah, tampak sekolahan sudah sepi dan kelas – kelas sudah kosong. Sepertinya jam pulang sekolah sudah berbunyi dari tadi. Akhirnya Aoi pun memutuskan untuk berdiri dan merasakan ada sesuatu yang terjatuh. Sebuah blazer hitam dengan lambang kelas E di lengan kirinya. Aoi pun mengambil blazer tersebut dan menyadari bahwa tadi ia telah tertidur cukup lama. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri. Berusaha mencari siapa pemilik blazer tersebut. Tapi ia tersadar bahwa blazer itu milik Tora, Tora!—batin Aoi. Aoi pun teringat saat Tora melihatnya menangis tadi siang, dan saat tangan besar Tora mengelus pipinya yang kering oleh air mata. Aoi memegang pipinya perlahan, membayangkan bahwa tangan Tora lah yang mengusapnya. Dan ia pun memejamkan matanya.
Aoi membuka pintu kelasnya perlahan. Ia memutuskan untuk segera pulang. Tapi saat ia membuka kelasnya, sosok siswa berambut coklat keemasan sedang duduk memandang matahari di luar kelas. Ketika siswa tersebut sepertinya menyadari kehadirannya dan menolehkan kepalanya ke arah Aoi. Senyum lebar langsung terpasang di mukanya yang sangat feminim.
“Aoi!” ucapnya semangat.
“Uruha?” Aoi menatap siswa itu dengan tatapan bingung. “Apa yang kau lakukan disini?” tanyanya sambil berjalan ke arah Uruha.
“Aku menunggumu di kelas gitar, tapi kau tidak datang. Dan aku men—Hey! Ada apa dengan bibirmu!?” Uruha terkejut melihat bibir Aoi yang robek.
Aoi memegang lukanya dengan perlahan, “Tidak usah kau pedulikan,” ucapnya.
“’Tidak usah kau perdulikan!?’ Aoi! Itu luka yang cukup serius! Kemari, biar ku obati lukamu!” Uruha menarik tangan Aoi dan memaksanya untuk duduk di kursi.
“Uruha—“
“Just shut up your fucking mouth!” Uruha dengan tidak sengaja membentak Aoi. Aoi pun terkejut dan terdiam mendengar suara Uruha. Baru pertama kali ini ia mendengar Uruha berteriak padanya.
“Sorry, aku hanya ingin membantumu...” Uruha menundukkan kepalanya perlahan. Ia pun mengeluarkan plester berwarna kuning dengan gambar boneka di atasnya. “Err—sepertinya plester ini tidak cocok denganmu ya?” komentar Uruha dengan polos saat membandingkan plester itu dengan muka Aoi.
Aoi melakukan hal yang sangat jarang di lakukannya belakangan ini. Ia tertawa. Uruha mengangkat kepalanya dengan terkejut, tidak percaya dengan apa yang baru di dengarnya. Tapi tatapan itu segera sirna dan senyum lebar mewarnai muka Uruha. Ia pun tertawa bersama Aoi.
***
Seluruh murid di kafetaria saling bertukar pandang dengan yang lain. Tidak percaya apa yang sedang mereka lihat. Ruki, Reita dan Kai pun tidak kalah terkejutnya dengan murid yang lain. Mereka bertiga saling bertukar pandang antara satu dengan yang lain seakan tidak percaya. Uruha tersenyum dengan lebar, rasa bangga muncul dari dalam dirinya saat ia berhasil membujuk Aoi untuk makan siang bersama. Berbeda dengan Uruha, tatapan tajam terlihat di muka Aoi saat melihat seluruh mata di kafetaria tertuju padanya. Ia selalu benci menjadi pusat perhatian.
“Teman – teman, ku perkenalkan kepada kalian Shiroyama Yuu! Atau kalian bisa memanggilnya Aoi,” Uruha memperkenalkan Aoi kepada ketiga sahabatnya yang masih terdiam. “Tolong sapa dan sayangilah dia~” ucap Uruha ceria.
“Y—yoroshiku…” ucap Aoi pelan. Bahkan hanya terdengar seperti bergumam. Mukanya tertunduk ke bawah untuk menyembunyikan pipinya yang bersemu merah. Plester kuning pemberian Uruha kemarin bertengger manis di ujung bibirnya.
“H—hay Aoi! Senang rasanya bertemu denganmu... Mari kita duduk bersama!” ucap Ruki dengan nada yang aneh dan memasang muka yang seolah – olah ceria.
Aoi pun menurut saat Uruha menarik lengannya untuk duduk di kursi sebelahnya. Menatap Ruki, Reita dan Kai secara langsung. Aoi pun hanya terdiam. Ekspresi di mukanya sangat aneh... ia bingung harus memasang ekspresi seperti apa. Ia adalah orang yang paling jarang bersosialisasi di antara keluarganya. Sangat berbeda dengan Miyavi yang selalu membawa teman – temannya pulang ke rumahnya untuk bermain sepak bola atau rugby bersama.
15 menit berikutnya terasa sangat aneh bagi 5 Bintang. Mereka sangat bingung untuk dapat bebicara dengan Aoi. Berbagai pertanyaan telah mereka lontarkan kepada Aoi tapi Aoi hanya menjawabnya dengan ’iya’ ’tidak’ dan ’entahlah’. Meskipun Ruki dan Uruha tetap saling beradu mulut seperti biasanya. Dan Reita tetap makan dengan tenang, tidak begitu suka dengan kehadiran Aoi.
Pintu kafetaria terbuka lebar dan 5 orang siswa berjalan masuk ke dalam kefetaria. Murid dari kelas A langsung menyingkir atau pura – pura sibuk. Sedangkan murid dari kelas E berteriak dengan ceria. 5 Disaster telah datang. Dengan blazer hitamnya yang skiny dan kemeja yang di keluarkan serta dasi merahnya yang menyala, Shou berjalan di barisan paling depan dari 5 Disaster. Disusul oleh Nao dan Hiroto. Dan di barisan paling belakang terdapat Saga dan Tora.
“Disaster datang...“ Ruki mengumumkan kepada 5 Bintang dengan nada yang menyindir. 5 Bintang dan 5 Disaster saling bertukar pandang dengan tajam saat 5 Disaster—terutama Shou—menghampiri meja mereka.
“Lihatlah... 5 Bintang berkumpul jadi satu, sungguh suatu keajaiban dunia. Benar kan Takanori?“ Cibir Shou sambil menatap Aoi dengan tajam. Hiroto tertawa kecil di belakang Shou. Aoi pun membalas tatapannya dengan mata tajamnya.
“Tutup mulutmu Kazamasa. Uruslah urusanmu sendiri...” Ruki berdiri dari kursinya dan menatap Shou dengan dingin.
“Hump.” Shou pun membuang mukanya dan berjalan kembali ke arah mejanya.
Aoi memandang Tora yang ikut pergi bersama Shou. Tora pun menatapnya. Matanya menunjukkan rasa kesal kepada Aoi. Dan Aoi pun memalingkan mukanya ke arah lain.
***
“Kenapa kau tidak pernah memberitahuku kalau kau adalah anggota 5 Bintang!?” dengan kasar, Tora membanting bahu Aoi ke dinding atap sekolah. Seperti biasa, Aoi selalu duduk di atap sekolah untuk menghabiskan waktu istirahatnya. Ketika Tora datang dan menarik tangan Aoi dengan kasar dan mendorong Aoi ke dinding.
“A—apa maksudmu!?“ Aoi menatap Tora dengan bingung sambil berusaha melepaskan diri dari cengkraman Tora. Ia tidak mengerti kenapa Tora begitu marah saat melihat dirinya sedang bersama teman – teman Uruha. Yap, teman – teman Uruha. Walaupun Uruha mengatakan bahwa 5 Bintang adalah teman – temannya, ia tidak pernah mengakuinya.
“Kau tidak usah bersikap seolah – olah kau tidak mengerti apa – apa, Aoi. Apa yang kau lakukan dengan anggota Bintang itu!” Tora menggenggam bahu Aoi dengan keras, sehingga Aoi pun memejamkan matanya untuk menahan rasa sakit itu.
“A-aku—“ sebelum Aoi menyelesaikan kata – katanya, bibirnya sudah terkunci oleh bibir Tora. Pikiran Aoi mendadak langsung hampa. Matanya terbelalak dengan lebar. Tora mencium bibirnya. Badannya mendadak berhenti meronta. Ia hanya mematung di dalam dekapan Tora, berusaha untuk tidak membalas ciuman itu.
Beberapa saat kemudian Tora melepaskan bibirnya dari bibir Aoi. Aoi hanya menatap Tora dengan tatapan tidak percaya. Tora pun menatap Aoi, tapi matap Aoi dengan tatapan nafsu.
Tora pun mendekatkan mukanya ke muka Aoi lagi. Aoi hanya menutup matanya. Ia berharap agar Tora tidak menciumnya lagi. Tapi kali ini Tora tidak mencium bibirnya, ia mencium leher Aoi dengan perlahan. Sambil memegang pipi Aoi dengan lembut sebelum ia melepaskannya. “Mine,” ucap Tora sambil tersenyum menatap Aoi. Dan Tora pun membalikkan badannya dan pergi dari atap sekolah. Meninggalkan Aoi yang masih bersandar di dinding atap sekolah.
2 komentar:
kalo tora ditolak C aoi....
saia siap kapan saja bwt ngegantiin C aoi...
lumayaaanlaah~ tora~ *dilempar ke artik*
NOOOOOOO -- ! jangan toraa~
kanon gi CLBK ama tora ni~
Aoi :: kamu ko gitu sih say ! ?
Kanon :: week ! biarin ! *ngerangkul tora*
Aoi :: NOOOOOOOOOOOOOOOOOOU -- !!
Leave a Comment