Author : Kanon Kuroii
Chapter : 4/??
Genre : romance, humor
Pairing : AoixUruha, ToraxAoi (one-sided), more to come
Rating : PG-13
Warning : Manxman, idiot author
Disclaimer :
Comment : fanfic series pertama^^d
Prologue/Chapter 1/Chapter 2/Chapter 3
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiz3gPds_7SJI8mMbqTluuCO3w9w1QkgOJ_agcnp79DEQ1ysEXvXHkMyaQVWwyu0ipnBW79f9UT_i7Fv0tKzkLKdt-EYqx1Vhd2I9nxsObjoOlDS2z2i4tigwjG4AODybw0P6niD6JFll8r/s320/catssfsf.jpg)
KYAAAAAAA!! Uruha-sama! Ada apa dengan mukamu!?” para murid wanita pun menjerit histeris ketika melihat Uruha-sang-pujaan-hati-nya masuk ke dalam ruang musik dengan pipi yang biru dan membengkak.
“Benarkah Saga dari kelas E yang melakukan ini kepadamu!?” tanya salah seorang murid.
“Apa!? Saga yang mempunyai perut yang sangat seksi itu!?” tanya salah seorang murid yang lainnya.
“Beraninya ia melakukan hal yang kejam kepada Uruha-sama seperti ini!” protes murid yang lain.
“Semuanya, tenanglah. Aku hanya mendapatkan suatu pukulan ringan. Ini sudah tidak apa – apa kok. Terima kasih atas perhatiannya...” Uruha hanya tersenyum ramah kepada seluruh murid wanita yang mengelilinginya. Sebenarnya ia tersentuh atas ke khawatiran teman – temannya. Tapi sepertinya sikap mereka berlebihan.
Akhirnya setelah beberapa menit ia meladeni murid wanita tersebut, ia mohon diri dan berjalan ke arah bangku yang biasanya ia duduki. Dan ia menyadari ada sesuatu yang tidak biasa...
Aoi tidak sedang berada di bangkunya. Ia tidak ada di mana – mana. Uruha pun menaruh gitarnya di atas meja dan segera keluar dari kelas tersebut. Ia menelusuri koridor demi koridor, tapi ia tidak menemukan sosok Aoi di manapun. Bahkan ia mencarinya hingga ke gedung kelas E berada.
“Well, lihat apa yang kita lihat di sini... Sang Kouyou-chan sedang berkunjung ke gedung E. Suatu kehormatan bagi kami,“ Saga tiba – tiba muncul dari ujung koridor gedung E. Pipinya juga tidak kalah lebam dengan Uruha.
“Aku sedang mencari seseorang, dan aku sedang tidak ingin membuat masalah.” Bela Uruha.
“Owh, kukira kau tidak punya teman dari kelas E. Ternyata kau cukup mudah bergaul, huh?“ cibir Saga, ia semakin mendekati Uruha. Dan dengan cepat, kerah seragam Uruha pun di tarik oleh Saga dan Uruha di dorong ke dinding. Uruha menahan sakit akibat benturan tembok dengan punggungnya. Ia tidak bisa menunjukkan kelemahannya di depan Saga, atau semuanya bisa makin kacau.
“Saga, ku peringatkan kau agar melepaskanku…” ucap Uruha berusaha tenang.
“Atau apa?” Saga segera mengarahkan tangannya ke arah Uruha. Uruha pun hanya memejamkan matanya. Mempersiapkan diri untuk menerima kepalan tersebut. Tapi tidak ada satu pun yang datang. Uruha pun membuka matanya.
Mata Uruha pun terbelalak, tak percaya apa yang sedang terjadi. Aoi. Berdiri di depannya dan memegang tangan Saga yang akan memukul Uruha.
“—Lepaskan,” Aoi menatap Saga dengan mata tajamnya dan mencengkram tangan Saga dengan kencang. Membuat Saga meringis kesakitan dan melepas genggamannya dari tangan Uruha.
Dengan tanpa bicara lagi, Aoi langsung menarik tangan Uruha dan pergi dari gedung E dengan cepat. Uruha hanya terdiam berjalan di belakang Aoi, mukanya merah padam. Bukannya karena ia kesal, tapi karena tangan Aoi tidak melepaskan genggamannya dari tangannya.
“A—Aoi,” Uruha memanggil Aoi pelan.
Aoi menghiraukannya.
“Aoi...”
Aoi tetap menghiraukannya.
“Yuu,”
“Bisakah kau diam sebentar saja!?” Aoi pun membalikkan badannya dan langsung membentak Uruha. Uruha pun naik pitam dan kesal.
“Ya! Tentu saja aku bisa diam! Hanya saja, bisakah kau melepaskan tanganku dari genggamanmu!? Karena kau memegang tanganku dengan sangat kuat dan sangat sakit!” dengan cepat Uruha langsung menarik tangannya lepas dari genggaman Aoi. Ia menatap Aoi dengan kesal, tapi kemarahannya segera memudar ketika melihat muka Aoi yang menunduk ke bawah dan memerah.
Ya tuhan... ia terlihat sangat lucu kalau sedang memeraaaaah, tunggu! Apa yang ku pikirkan!? - Uruha segera membuyarkan lamunannya tersebut. Tentu saja ia bukan seorang Gay. Aku masih normal! Uruha pun akhirnya menatap Aoi yang sedang memerah dengan bingung.
“M—maafkan aku,“ jawab Aoi gugup dan langsung pergi meninggalkan Uruha yang lagi – lagi terdiam di tengah koridor.
***
“Benarkah Saga dari kelas E yang melakukan ini kepadamu!?” tanya salah seorang murid.
“Apa!? Saga yang mempunyai perut yang sangat seksi itu!?” tanya salah seorang murid yang lainnya.
“Beraninya ia melakukan hal yang kejam kepada Uruha-sama seperti ini!” protes murid yang lain.
“Semuanya, tenanglah. Aku hanya mendapatkan suatu pukulan ringan. Ini sudah tidak apa – apa kok. Terima kasih atas perhatiannya...” Uruha hanya tersenyum ramah kepada seluruh murid wanita yang mengelilinginya. Sebenarnya ia tersentuh atas ke khawatiran teman – temannya. Tapi sepertinya sikap mereka berlebihan.
Akhirnya setelah beberapa menit ia meladeni murid wanita tersebut, ia mohon diri dan berjalan ke arah bangku yang biasanya ia duduki. Dan ia menyadari ada sesuatu yang tidak biasa...
Aoi tidak sedang berada di bangkunya. Ia tidak ada di mana – mana. Uruha pun menaruh gitarnya di atas meja dan segera keluar dari kelas tersebut. Ia menelusuri koridor demi koridor, tapi ia tidak menemukan sosok Aoi di manapun. Bahkan ia mencarinya hingga ke gedung kelas E berada.
“Well, lihat apa yang kita lihat di sini... Sang Kouyou-chan sedang berkunjung ke gedung E. Suatu kehormatan bagi kami,“ Saga tiba – tiba muncul dari ujung koridor gedung E. Pipinya juga tidak kalah lebam dengan Uruha.
“Aku sedang mencari seseorang, dan aku sedang tidak ingin membuat masalah.” Bela Uruha.
“Owh, kukira kau tidak punya teman dari kelas E. Ternyata kau cukup mudah bergaul, huh?“ cibir Saga, ia semakin mendekati Uruha. Dan dengan cepat, kerah seragam Uruha pun di tarik oleh Saga dan Uruha di dorong ke dinding. Uruha menahan sakit akibat benturan tembok dengan punggungnya. Ia tidak bisa menunjukkan kelemahannya di depan Saga, atau semuanya bisa makin kacau.
“Saga, ku peringatkan kau agar melepaskanku…” ucap Uruha berusaha tenang.
“Atau apa?” Saga segera mengarahkan tangannya ke arah Uruha. Uruha pun hanya memejamkan matanya. Mempersiapkan diri untuk menerima kepalan tersebut. Tapi tidak ada satu pun yang datang. Uruha pun membuka matanya.
Mata Uruha pun terbelalak, tak percaya apa yang sedang terjadi. Aoi. Berdiri di depannya dan memegang tangan Saga yang akan memukul Uruha.
“—Lepaskan,” Aoi menatap Saga dengan mata tajamnya dan mencengkram tangan Saga dengan kencang. Membuat Saga meringis kesakitan dan melepas genggamannya dari tangan Uruha.
Dengan tanpa bicara lagi, Aoi langsung menarik tangan Uruha dan pergi dari gedung E dengan cepat. Uruha hanya terdiam berjalan di belakang Aoi, mukanya merah padam. Bukannya karena ia kesal, tapi karena tangan Aoi tidak melepaskan genggamannya dari tangannya.
“A—Aoi,” Uruha memanggil Aoi pelan.
Aoi menghiraukannya.
“Aoi...”
Aoi tetap menghiraukannya.
“Yuu,”
“Bisakah kau diam sebentar saja!?” Aoi pun membalikkan badannya dan langsung membentak Uruha. Uruha pun naik pitam dan kesal.
“Ya! Tentu saja aku bisa diam! Hanya saja, bisakah kau melepaskan tanganku dari genggamanmu!? Karena kau memegang tanganku dengan sangat kuat dan sangat sakit!” dengan cepat Uruha langsung menarik tangannya lepas dari genggaman Aoi. Ia menatap Aoi dengan kesal, tapi kemarahannya segera memudar ketika melihat muka Aoi yang menunduk ke bawah dan memerah.
Ya tuhan... ia terlihat sangat lucu kalau sedang memeraaaaah, tunggu! Apa yang ku pikirkan!? - Uruha segera membuyarkan lamunannya tersebut. Tentu saja ia bukan seorang Gay. Aku masih normal! Uruha pun akhirnya menatap Aoi yang sedang memerah dengan bingung.
“M—maafkan aku,“ jawab Aoi gugup dan langsung pergi meninggalkan Uruha yang lagi – lagi terdiam di tengah koridor.
***
0 komentar:
Leave a Comment