Author : Kanon Kuroii
Chapter : 6/??
Genre : romance, humor
Pairing : AoixUruha, ToraxAoi (one-sided), more to come
Rating : PG-13
Warning : Manxman, idiot author
Disclaimer :
Comment : fanfic series pertama^^d
Prologue/Chapter 1/Chapter 2/Chapter 3/Chapter 4/Chapter 5
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjm3rvUg4ymaJHPT11EjenXOyzwDscmHvOeGrBb4wc_0sSpf-8ZXQo8sI9FuQZ7TyTDLbG1xlRxpHIJWfSXQAmjcURxlWmMCDP2ozhUW9DhKSUQZ3fpyP3ulHK1EP1z8b20TZxPd3UTJAHJ/s320/ghhrhtr.jpg)
Uruha memandang pemandangan kota dari balik jendela mobilnya. Ia sedang dalam perjalanan ke rumah Reita untuk menghabisi hari Minggunya yang membosankan ketika ia melihat seseorang berambut hitam yang ia kenal sedang memasuki suatu toko butik di pinggir jalan.
“Aoi...”
Uruha pun turun dari mobil dan berjalan menuju toko baju tersebut. Dari luar, toko itu terlihat seperti toko baju perempuan yang penuh dengan warna warni dengan tulisan ‘SCREAM PARTY’ di tengah toko tersebut. Membuat Uruha bingung dan berpikir apakah benar orang seperti Aoi memasuki toko seperti ini? Atau apakah pengelihatannya yang salah. Akhirnya Uruha pun memasuki toko baju tersebut.
“IRASHAI MASEEEEN!!” Uruha di sambut oleh pria—kira – kira seperti itulah yang Uruha liat—yang mengenakan baju berwarna pink terang dan celana hijau menyala serta berbagai macam aksesoris yang melekat di badannya. “Selamat datang ke SCREAM PARTY! Tempat anda untuk mengeksplorasikan warna anda! Silakan melihat – lihaaaat~” sapa pria tersebut dengan semangat.
Uruha pun akhirnya memutuskan untuk berkeliling toko tersebut untuk mencari Aoi. Dan orang yang di carinya pun ternyata berada di sana. Aoi. Sedang duduk di sofa di belakang kasir sambil menyalakan rokoknya, gitar hitamnya bertengger manis di sebelahnya. Ia mengenakan kaos hitam bertuliskan ‘My Habbit’ di tengahnya dan mengenakan celana skiny berwarna hitam. Dan yang paling membuat Uruha terkejut adalah prieching yang berada di pinggir bibirnya. Aoi tidak pernah menggunakan benda itu saat di sekolah.
Aoi yang sedang asik menghisap rokoknya tiba – tiba mengeluarkan asap rokoknya dengan cepat saat melihat sosok pria berambut coklat keemasan tersebut.
“U—Uruha!?” matanya terbelalak.
“Ah, Aoi! Tak ku sangka bertemu di tempat seperti ini!” sapa Uruha ramah dengan nada yang seolah – olah ikut terkejut melihat Aoi. Aoi tidak membalas sapaan Uruha, ia terlalu sibuk melihat kehadiran Uruha di tempat yang paling ia-tidak-ingin-beritahu-kepada-orang-lain.
“Aouu my lovely!” seseorang tiba – tiba berlari ke arah Aoi dan meloncat ke atas sofa dimana Aoi duduk. Dengan santainya memeluk Aoi dan mencium pipinya. “Kenapa kau tidak memberitahuku dulu kalau kau mau kemari!?” ucap orang tersebut ceria.
Uruha hanya terdiam melihat adegan tersebut. Jika ia sedang minum saat ini, pasti minuman itu sudah muncrat dari mulutnya. Aoi yang ia kenal dengan anti-socialnya tiba – tiba saja di peluk dan di cium oleh orang yang seperti anak – anak. Dengan rambut pirangnya yang berhighlight pink, baju yang warna warni seperti lollipop dan sepatu yang berwarna sama. Entah mengapa ia merasa sedikit cemburu.
“T—Takeru,” Aoi berusaha melepaskan tangan Takeru dari pundaknya.
“Tidak apa – apa Aou~ hari ini tidak ada pelanggan yang datang! Mommy kangen padamu~” ucapnya sambil menyenderkan kepalanya di pundak Aoi.
“Sebaiknya kau pikirkan lagi kata – katamu sebelum kau berbicara, baka.” Aoi mengarahkan matanya ke arah Uruha untuk memberikan isyarat kepada Takeru. Takeru pun mengikuti arah mata Aoi dan melihat sosok Uruha sedang menatap mereka berdua dalam diam.
“Aaaaah! Gomen! Aku tidak tahu kalau ada pelanggan masuk!“ Takeru pun panik dan segera melepaskan tangannya dari Aoi dan berjalan ke arah Uruha. “Maafkan ke tidak sopanan saya tuan, ada yang bisa saya bantu!? Oh, selamat datang di SCREAM PARTY.“ Takeru segera membungkukkan badannya dalam – dalam ke arah Uruha.
“Ti—tidak apa – apa sungguh,” Uruha membalas bungkukkan Takeru.
Tiba – tiba saja Aoi berdiri dari sofa dan mengambil gitarnya, “Sepertinya lebih baik aku pulang, jya Takeru...” Aoi melambaikan tangannya ke arah Takeru dan siap berjalan ke luar toko tersebut.
“A—Aoi, matte~” Uruha berusaha mengejar Aoi ketika ia di halangi oleh Takeru.
“Kau kenal Aou?” tanyanya penasaran.
“I—iya, dia temanku di sekolah...” jawab Uruha gugup.
“APA!?” tiba – tiba saja mata Takeru terbelalak. “Aou! Jangan beraninya kau pergi!” Takeru pun menarik tangan Aoi dan menahannya di tempat. “Yuji! Tutup pintu toko ini! Mitsuru! Tutup jendela ruangan ini! Masato, bantu aku tahan Aou! Kita punya anak nakal yang harus di introgasi!” Takeru pun memerintah semua teman – temannya.
Uruha pun terkejut melihat sikap berlebihan yang di lakukan oleh Takeru. Dalam sekejap, toko yang tadinya berwarna warni tiba – tiba saja menjadi gelap. Membuat Uruha menelan ludahnya pelan – pelan. Apa yang ku lakukan? Apa aku telah melakukan hal yang salah!?— pikir Uruha.
“Takeru, hentikan lelucon ini...” ucap Aoi kesal kepada Takeru.
“Tidak Aou! Kau mempunyai teman selain kami dan kau tidak memperkenalkannya kami!? Teman macam apa kau!?” Masato memegang lengan Aoi dengan kencang.
Takeru melihat Uruha dalam – dalam, “Kau benar teman Aou?“ dan Uruha hanya menganggukan kepalanya pelan dengan bingung.
“OH MY GOOOSH!!! Aou anakku yang kita cintai ini berhasil memiliki teman di sekolahnyaaaa! Mommy bahagia Aou, MOMMY BAHAGIAAAAAA!!“ Takeru memeluk Aoi dengan kencang dan menghiraukan Aoi yang sedang sibuk melepaskan dirinya dari pelukan maut Takeru. “Aaah~ aku menangis bahagia,“ ucap Takeru sambil menyeka air matanya dengan kaos Aoi.
“Takeru, bisakah kau menghentikan perbuatanmu itu? Sangat mengganggu,“ Aoi menghelakan nafasnya dengan kesal. Ia selalu saja di perlakukan seperti anak kecil oleh Takeru. Dan Takeru selalu menganggap bahwa dirinya adalah Mommy dari Aoi.
“Maaf. Tapi, kita harus merayakan hari bersejarah ini! Ayo, mommy akan membelikanmu es krim strawberry! Ayo Masato!“ dengan semangat Takeru dan Masato langsung menarik Aoi ke luar dari toko itu dan menghilang dari pandangan Uruha.
Hening...
“Err... apakah ada seseorang yang bisa menjelaskan kejadian yang baru saja terjadi?“ Uruha menoleh kepada empat orang yang tersisa di dalam ruangan tersebut.
“Hem~ maafkan kami, kau pasti bingung tentang apa yang terjadi—“ ucap Yuji, “—Kami adalah teman – teman Aoi, yah... walaupun entah apakah Aoi menganggap kami adalah temannya.” Yuji pun menggaruk kepalanya dengan canggung. “Namaku Yuji, yang berdiri di sana adalah Mitsuru dan Chiyu, dan yang ikut pergi dengan Aoi adalah Masato. Sedangkan si orang-yang-sok-Mommy itu adalah Takeru... namamu?”
“U—Uruha, just call me Uruha.” Uruha pun membungkuk. “Hemm… aku tidak pernah menyangka kalau Aoi mempunyai teman yang—err… sangat berbeda dari kepribadiannya,” Uruha menatap Yuji dengan bingung.
“Itu adalah cerita yang sangat panjang, akan ku ceriatakan kepadamu di belakang… mari—“ Yuji memberikan isyarat kepada Uruha agar ia mengikutinya ke belakang.
Di belakang toko tersebut ada sebuah ruangan kecil yang berisi meja dan beberapa kursi serta sofa di dalamnya. Di meja tersebut berserakan puntung rokok dan kartu remi. Sepertinya ini adalah tempat untuk mereka beristirahat.
“Maaf sedikit berantakan, silakan duduk…” Yuji mempersilakan Uruha duduk di salah satu kursi di ruangan tersebut dan Uruha pun mengikutinya. “—Rokok?“
“Ti—tidak, aku tidak merokok...“ tolak Uruha dengan sopan.
Yuji hanya tertawa kecil mendengar perkataan Uruha barusan. “Kau adalah anak yang cukup alim di antara anak seumuranmu,“ nada suaranya seperti mengejek Uruha. Tapi ia berusaha untuk tidak marah, karena apabila ia marah skarang. Yuji pasti tidak akan menceritakan tentang Aoi dan hanya akan menendangnya keluar dari toko.
“Terima kasih atas sindiranmu barusan, aku sungguh tersanjung—“ cibir Uruha kesal.
“Hmpf. Tidak perlu marah seperti itu ‘kay? Aku hanya bercanda...” Yuji pun duduk di hadapan Uruha dan menyalakan rokoknya. “Jadi, apa yang ingin kau ketahui?”
“Bagaimana kalian bisa menjadi teman Aoi?”
Yuji menghisap rokoknya dalam – dalam dan menghembuskannya dari mulut dan hidungnya, “Entah dari mana aku harus menceritakannya padamu. Tapi, dulu kami berlima dulu adalah orang yang hidup dengan menjadi pencuri dan mengambil semua barang yang bisa kami jadikan uang, kami selalu menjadi kejaran polisi, di hajar oleh masyarakat...” Uruha terdiam dengan tenang. Mengetahui bahwa Yuji masih akan menceritakan ceritanya. “Jadi suatu hari kami berlima berniat untuk merampok mobil mewah yang sedang melintas di depan taman. Dan ternyata di dalam mobil itu adalah Aoi. Ia menghajar kami semua, ia orang yang sangat kuat. Kami semua kalah dengannya, lalu saat ia akan segera kembali ke dalam mobilnya, Takeru menarik kakinya dan memohon kepada Aoi agar ia memberikan sedikit uang untuk kami. Saat itu yang aku hanya pikirkan adalah betapa rendahnya harga diri kami, kami mengemis kepada orang.” Uruha menarik nafasnya dengan gugup, sedikit terkejut mendengar cerita Yuji barusan. Yuji pun hanya tersenyum malu kepada Uruha dan menghisap rokoknya sebelum kembali bercerita “Ku kira setelah Aoi mendengar perkataan Takeru barusan, ia akan menendang muka Takeru dan mengucapkan sumpah serampah kepada kami... tapi ia malah berlutut kepada Takeru dan menyuruh kami semua untuk masuk ke dalam mobilnya. Pertama ku kira ia akan membawa kami ke dalam kantor polisi, tapi ia membawa kami ke rumah megahnya.” Yuji kembali menghisap rokoknya. ”Kami di berikan perawatan untuk luka – luka kami dan di berikan baju ganti yang sepertinya mahal... setelah itu, ia menawarkan kami untuk membuka suatu usaha dan ia berniat memberikan kami modal. Saat pertama kami menolaknya, karena kau tahu kan—yah~ kami malu pada diri kami sendiri yang bergantung kepada orang lain. Tapi ia mengatakan ‘it’s okay’ dan kami pun akhirnya membuka toko SCREAM PARTY. Ia membuka toko ini dengan nama kami dan mengatakan bahwa toko ini adalah milik kami. Sejak saat itu, kami semua menghormatinya. Dan ia pun sering datang ke sini dan menceritakan semua keluh kesahnya kepada kami...”
“Maksudmu semua keluh kesahnya?” Uruha terbelalak tak percaya.
Yuji pun mengangguk pelan, “Benar, tapi entah mengapa ia tidak pernah menceritakan kalau ia bertemu denganmu danm mempunyai teman di sekolah, padahal kemarin ia ke sini juga... Maukah kau memberitahukanku darimana kau mendapatkan nama panggilannya?”
“Aoi sendiri yang memberikannya kepadaku,” jawab Uruha jujur apa adanya.
“Hemm...” Yuji hanya mengangguk pelan. “Dengarkan aku, Uruha. Aoi hanya akan memberikan nama panggilannya kepada orang yang ia percaya, jadi kau sebaiknya jangan sekali – kali mempermainkan perasaannya atau kau akan berurusan dengan kami berlima.“ Ucap Yuji serius.
Uruha hanya menelan ludah saat mendengar perkataan Yuji barusan. Aoi? Percaya padaku!?— batin Uruha.
“Satu lagi, Aoi adalah teman kami. Jadi siapapun yang berteman dengannya adalah teman kami juga. Termasuk kau, kau sekarang adalah bagian dari kami. Kau dapat mengunjungi toko ini kapanpun kau mau, oke?“ ucap Yuji yang mendadak ceria. Dan Uruha pun hanya mengangguk pelan.
***
to be continue...
3 komentar:
Tes..tes...
bisa gag ya???
coba teriak,
Daddy Uru~~~~AiShiTeiRuuuuuu
Oh bisa!!!bisa!!XD XD
ternyata sudah bisa!!!!
btw kanon!!!good job!!!!fanfic na keren~
saia selalu mengikuti!!!!
bahkan fanfic ini turut meramaikan hard disk saia loh!!! XD
hwaaaaaaaaww~
jadi terpisupisu saiya . (///x///)a
baguslah kalo ada yang sukak . XD
padahal hampir aja di hentiin gara gara keaknya ga ada yang respon . . . ^^a
Leave a Comment