FANFIC - usual love story, [chapter 9]

Title : usual love story
Author : Kanon Kuroii
Chapter : 9/??
Genre : romance, humor
Pairing : AoixUruha, UruhaxAoi, ToraxAoi (one-sided), more to come
Rating : PG-13
Warning : Manxman, idiot author, hentai Tora!
Disclaimer : I put them in the dungeon. I DON’T OWN THEM!
Comment : fanfic series pertama^^d

Prologue/Chapter 1/Chapter 2/Chapter 3/Chapter 4/Chapter 5/Chapter 6/Chapter 7/Chapter 8





Uruha memandang sekeliling kelas dengan malas. Aoi lagi – lagi tidak datang ke kelas gitar. Ia pun hanya duduk di kursi yang biasanya Aoi duduki. Memandangi seluruh siswa dan siswi sedang sibuk berlatih gitar. Entah mengapa kelas terasa berbeda saat tidak ada Aoi. Ia pun hanya menghelakan nafas dengan pelan.

***
Saga duduk di atas meja. Bass hitamnya dengan manis bertengger di pangkuannya. Ia memakai earphone di telinganya dan mencoba mengikuti betotan bass dari musik yang keluar dari earphonenya sambil sesekali ia menghentakkan kakinya. Ia sangat menikmati saat – saat bermain dengan bassnya dan sangat benci apabila ada yang menganggunya. Bahkan ia tidak segan – segan memukul orang itu.

Saga merasakan ada seseorang yang menarik earphonenya dari telinganya. “HEY!” Saga berteriak kesal.

“Apa?” Tora. Sudah berdiri di seblah Saga sambli memegang earphone di tangan kirinya. Saga yang kesal akhirnya menahan amarahnya dan menatap Tora dengan kesal.

“Ku kira kau ingat kalau kau sudah berjanji untuk menemaniku pergi ke toko CD saat pulang sekolah,” ucap Tora sambil tertawa kacil. Saga pun hanya menaikkan sebelah alisnya dengan bingung.

“Kemana blazermu?” tanya Saga heran.

Tora tertawa saat melihat muka Saga yang kebingungan saat melihatnya hanya mengenakan kemeja putihnya saja. “—Di pinjam,”

***

Aoi terbangun dari tidurnya. Sepertinya ia tidur cukup lama. Ia melihat ke bawah, tampak sekolahan sudah sepi dan kelas – kelas sudah kosong. Sepertinya jam pulang sekolah sudah berbunyi dari tadi. Akhirnya Aoi pun memutuskan untuk berdiri dan merasakan ada sesuatu yang terjatuh. Sebuah blazer hitam dengan lambang kelas E di lengan kirinya. Aoi pun mengambil blazer tersebut dan menyadari bahwa tadi ia telah tertidur cukup lama. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri. Berusaha mencari siapa pemilik blazer tersebut. Tapi ia tersadar bahwa blazer itu milik Tora, Tora!—batin Aoi. Aoi pun teringat saat Tora melihatnya menangis tadi siang, dan saat tangan besar Tora mengelus pipinya yang kering oleh air mata. Aoi memegang pipinya perlahan, membayangkan bahwa tangan Tora lah yang mengusapnya. Dan ia pun memejamkan matanya.

Aoi membuka pintu kelasnya perlahan. Ia memutuskan untuk segera pulang. Tapi saat ia membuka kelasnya, sosok siswa berambut coklat keemasan sedang duduk memandang matahari di luar kelas. Ketika siswa tersebut sepertinya menyadari kehadirannya dan menolehkan kepalanya ke arah Aoi. Senyum lebar langsung terpasang di mukanya yang sangat feminim.

“Aoi!” ucapnya semangat.

“Uruha?” Aoi menatap siswa itu dengan tatapan bingung. “Apa yang kau lakukan disini?” tanyanya sambil berjalan ke arah Uruha.

“Aku menunggumu di kelas gitar, tapi kau tidak datang. Dan aku men—Hey! Ada apa dengan bibirmu!?” Uruha terkejut melihat bibir Aoi yang robek.

Aoi memegang lukanya dengan perlahan, “Tidak usah kau pedulikan,” ucapnya.

“’Tidak usah kau perdulikan!?’ Aoi! Itu luka yang cukup serius! Kemari, biar ku obati lukamu!” Uruha menarik tangan Aoi dan memaksanya untuk duduk di kursi.

“Uruha—“

“Just shut up your fucking mouth!” Uruha dengan tidak sengaja membentak Aoi. Aoi pun terkejut dan terdiam mendengar suara Uruha. Baru pertama kali ini ia mendengar Uruha berteriak padanya.

“Sorry, aku hanya ingin membantumu...” Uruha menundukkan kepalanya perlahan. Ia pun mengeluarkan plester berwarna kuning dengan gambar boneka di atasnya. “Err—sepertinya plester ini tidak cocok denganmu ya?” komentar Uruha dengan polos saat membandingkan plester itu dengan muka Aoi.

Aoi melakukan hal yang sangat jarang di lakukannya belakangan ini. Ia tertawa. Uruha mengangkat kepalanya dengan terkejut, tidak percaya dengan apa yang baru di dengarnya. Tapi tatapan itu segera sirna dan senyum lebar mewarnai muka Uruha. Ia pun tertawa bersama Aoi.

***

Seluruh murid di kafetaria saling bertukar pandang dengan yang lain. Tidak percaya apa yang sedang mereka lihat. Ruki, Reita dan Kai pun tidak kalah terkejutnya dengan murid yang lain. Mereka bertiga saling bertukar pandang antara satu dengan yang lain seakan tidak percaya. Uruha tersenyum dengan lebar, rasa bangga muncul dari dalam dirinya saat ia berhasil membujuk Aoi untuk makan siang bersama. Berbeda dengan Uruha, tatapan tajam terlihat di muka Aoi saat melihat seluruh mata di kafetaria tertuju padanya. Ia selalu benci menjadi pusat perhatian.

“Teman – teman, ku perkenalkan kepada kalian Shiroyama Yuu! Atau kalian bisa memanggilnya Aoi,” Uruha memperkenalkan Aoi kepada ketiga sahabatnya yang masih terdiam. “Tolong sapa dan sayangilah dia~” ucap Uruha ceria.

“Y—yoroshiku…” ucap Aoi pelan. Bahkan hanya terdengar seperti bergumam. Mukanya tertunduk ke bawah untuk menyembunyikan pipinya yang bersemu merah. Plester kuning pemberian Uruha kemarin bertengger manis di ujung bibirnya.

“H—hay Aoi! Senang rasanya bertemu denganmu... Mari kita duduk bersama!” ucap Ruki dengan nada yang aneh dan memasang muka yang seolah – olah ceria.

Aoi pun menurut saat Uruha menarik lengannya untuk duduk di kursi sebelahnya. Menatap Ruki, Reita dan Kai secara langsung. Aoi pun hanya terdiam. Ekspresi di mukanya sangat aneh... ia bingung harus memasang ekspresi seperti apa. Ia adalah orang yang paling jarang bersosialisasi di antara keluarganya. Sangat berbeda dengan Miyavi yang selalu membawa teman – temannya pulang ke rumahnya untuk bermain sepak bola atau rugby bersama.

15 menit berikutnya terasa sangat aneh bagi 5 Bintang. Mereka sangat bingung untuk dapat bebicara dengan Aoi. Berbagai pertanyaan telah mereka lontarkan kepada Aoi tapi Aoi hanya menjawabnya dengan ’iya’ ’tidak’ dan ’entahlah’. Meskipun Ruki dan Uruha tetap saling beradu mulut seperti biasanya. Dan Reita tetap makan dengan tenang, tidak begitu suka dengan kehadiran Aoi.

Pintu kafetaria terbuka lebar dan 5 orang siswa berjalan masuk ke dalam kefetaria. Murid dari kelas A langsung menyingkir atau pura – pura sibuk. Sedangkan murid dari kelas E berteriak dengan ceria. 5 Disaster telah datang. Dengan blazer hitamnya yang skiny dan kemeja yang di keluarkan serta dasi merahnya yang menyala, Shou berjalan di barisan paling depan dari 5 Disaster. Disusul oleh Nao dan Hiroto. Dan di barisan paling belakang terdapat Saga dan Tora.

“Disaster datang...“ Ruki mengumumkan kepada 5 Bintang dengan nada yang menyindir. 5 Bintang dan 5 Disaster saling bertukar pandang dengan tajam saat 5 Disaster—terutama Shou—menghampiri meja mereka.

“Lihatlah... 5 Bintang berkumpul jadi satu, sungguh suatu keajaiban dunia. Benar kan Takanori?“ Cibir Shou sambil menatap Aoi dengan tajam. Hiroto tertawa kecil di belakang Shou. Aoi pun membalas tatapannya dengan mata tajamnya.

“Tutup mulutmu Kazamasa. Uruslah urusanmu sendiri...” Ruki berdiri dari kursinya dan menatap Shou dengan dingin.

“Hump.” Shou pun membuang mukanya dan berjalan kembali ke arah mejanya.

Aoi memandang Tora yang ikut pergi bersama Shou. Tora pun menatapnya. Matanya menunjukkan rasa kesal kepada Aoi. Dan Aoi pun memalingkan mukanya ke arah lain.

***

“Kenapa kau tidak pernah memberitahuku kalau kau adalah anggota 5 Bintang!?” dengan kasar, Tora membanting bahu Aoi ke dinding atap sekolah. Seperti biasa, Aoi selalu duduk di atap sekolah untuk menghabiskan waktu istirahatnya. Ketika Tora datang dan menarik tangan Aoi dengan kasar dan mendorong Aoi ke dinding.

“A—apa maksudmu!?“ Aoi menatap Tora dengan bingung sambil berusaha melepaskan diri dari cengkraman Tora. Ia tidak mengerti kenapa Tora begitu marah saat melihat dirinya sedang bersama teman – teman Uruha. Yap, teman – teman Uruha. Walaupun Uruha mengatakan bahwa 5 Bintang adalah teman – temannya, ia tidak pernah mengakuinya.

“Kau tidak usah bersikap seolah – olah kau tidak mengerti apa – apa, Aoi. Apa yang kau lakukan dengan anggota Bintang itu!” Tora menggenggam bahu Aoi dengan keras, sehingga Aoi pun memejamkan matanya untuk menahan rasa sakit itu.

“A-aku—“ sebelum Aoi menyelesaikan kata – katanya, bibirnya sudah terkunci oleh bibir Tora. Pikiran Aoi mendadak langsung hampa. Matanya terbelalak dengan lebar. Tora mencium bibirnya. Badannya mendadak berhenti meronta. Ia hanya mematung di dalam dekapan Tora, berusaha untuk tidak membalas ciuman itu.

Beberapa saat kemudian Tora melepaskan bibirnya dari bibir Aoi. Aoi hanya menatap Tora dengan tatapan tidak percaya. Tora pun menatap Aoi, tapi matap Aoi dengan tatapan nafsu.

Tora pun mendekatkan mukanya ke muka Aoi lagi. Aoi hanya menutup matanya. Ia berharap agar Tora tidak menciumnya lagi. Tapi kali ini Tora tidak mencium bibirnya, ia mencium leher Aoi dengan perlahan. Sambil memegang pipi Aoi dengan lembut sebelum ia melepaskannya. “Mine,” ucap Tora sambil tersenyum menatap Aoi. Dan Tora pun membalikkan badannya dan pergi dari atap sekolah. Meninggalkan Aoi yang masih bersandar di dinding atap sekolah.

LM.C - PUNKY ❤ HEART [single & PV]



SINGLE

01. PUNKY ❤ HEART
02. Days
DOWNLOAD

PV
DOWNLOAD



FANFIC - usual love story, [chapter 8]

Title : usual love story
Author : Kanon Kuroii
Chapter : 8/??
Genre : romance, humor
Pairing : AoixUruha, ToraxAoi (one-sided), more to come
Rating : R (for this chapter)
Warning : Manxman, idiot author, hentai Tora!
Disclaimer : I put them in the dungeon. I DON’T OWN THEM!
Comment : fanfic series pertama^^d

Prologue/Chapter 1/Chapter 2/Chapter 3/Chapter 4/Chapter 5/Chapter 6/Chapter 7




“T—Tora,“ Aoi mendesah pelan saat Tora membuka bajunya dan mulai menciumi leher Aoi yang berkeringat tersebut. Dengan pelan Tora membuka kancing seragam Aoi dan mulai meraba dada Aoi yang bidang dan tangannya mulai turun untuk membuka ikat pinggang Aoi. Aoi pun menggenggam lengan Tora dengan kencang dan menggigit bibir bawahnya agar desahanya tidak terdengar oleh para murid yang sedang beristirahat di dalam gedung. Tora pun akhirnya berhasil membuka ikat pinggang dan kancing celana Aoi, senyum kemenangan terlukis di bibirnya yang tetap menjilati dan menggigit leher Aoi, dan dengan segera, Tora langsung memasukkan tangannya ke dalam bokser Aoi dan menemukan apa yang di carinya. “Ahhh...“ Aoi yang daritadi berusaha menahan desahannya pun akhirnya tidak dapat menahannya.

Mata Tora terbuka dengan cepat dan langsung terbangun dari tidurnya. Ia memandang sekeliling, dinding yang berwarna abu – abu dan berposter berbagai macam band, laptop dan jam yang menunjukkan pukul 2 siang yang berada di pojokan ruangan, kasur king-sizenya yang berselimut warna hitam. Sudah jelas bahwa ia berada di dalam kamarnya. Tora pun menghelakan nafasnya dengan lega dan menyenderkan badannya ke kepala kasurnya. Ia menyeka keringat di mukanya sambil memikirkan mimpinya barusan.

Hell no! Ada apa denganku!? Kenapa aku memimpikan orang tersebut!? Terlebih lagi— Mimpi macam apa itu!? Aku memang sering bermimpi seperti itu dengan seorang wanita. Tapi tidak dengan sesama jenis seperti Aoi! Ada apa denganku ini!?— Tora membenamkan mukanya di kedua telapak tangannya dan menghelakan nafas.

Tok Tok...

Tora menoleh ke arah pintu kamarnya, “Siapa?”

“Tora Ouji-sama, teman – teman anda ingin bertemu dengan anda,”

“Hay Tora-shi!” Shou melangkahkan kakinya ke dalam kamar Tora dengan semangat. Disusul oleh Saga, Hiroto dan Nao.

“Ada apa denganmu Tora? Mukamu terlihat pucat,” Nao memandang muka Tora dengan khawatir dan memegang kening Tora. “Kau sepertinya tidak panas,”

“Aku tidak apa – apa Nao,” jawab Tora. “Apa yang kalian lakukan disini?”

“Semua ayah kita sedang rapat bersama di ruangan ayahmu, sepertinya mereka bertransaksi dengan seorang pemerintah untuk membunuh perdana mentri Korea,“ ucap Hiroto sambil berjalan ke arah laptop Tora dan memainkannya. Tora pun hanya mengangguk pelan. Entah mengapa pekerjaan ayahnya sama sekali tidak membuatnya bangga. Di dalam hatinya dan seluruh anak 5 Disaster, mereka sangat membenci pekerjaan orang tua mereka yang selalu membunuh orang dan menghidupi keluarga mereka dengan uang haram. Mereka selalu iri dengan kehidupan anak dari kelas A yang memiliki masa depan cerah. Tidak seperti mereka yang memiliki masa depan sebagai pembunuh.

Tora pun bangun dari kasurnya dan berjalan ke kamar mandi.

***

“Terlambat lagi, Takanori-kun?“ Mrs. Yume sudah menatap Ruki yang baru memasuki ruang kelas dengan tenang dengan tatapannya yang tajam. Kai yang sedang menyalin pelajaran yang di tulis di papan tulis pun menoleh ke arah Ruki yang berada di depan pintu.

“Aakh—“ Ruki hanya menggerang dengan pasrah dan berjalan ke arah luar kelas dan berdiri di sebelah pintu kelas.

“Sepertinya kau sudah memahami apa yang harus kau lakukan ketika terlambat, Takanori-kun...“ sindir Mrs. Yume sambil menutup pintu kelasnya.

“Damn!“ umpat Ruki kesal, ia memang paling membenci guru keseniannya tersebut karena hanya guru itu saja lah yang tidak takut dengan namanya sebagai ’5 Bintang’. Ruki pun menyenderkan punggungnya ke dinding luar kelas, tatapannya menatap jendela di seberang koridor. Tiba – tiba mata Ruki terbelalak tidak percaya melihat Yuu, baru saja muncul dari ujung koridor kelas mereka. Terlihat ada luka lebam di ujung bibirnya dan terdapat lingkaran hitam di sebelah matanya yang menunjukan bahwa ia tidak tidur semalaman. Dengan cuek Yuu melewati Ruki yang memandangnya dengan seksama dan masuk ke dalam kelas.

“Yuu-kun!?“ Mrs. Yume menatap Yuu dengan ekspresi yang tidak kalah kagetnya dengan Ruki. “Suatu kejadian yang jarang sekali terjadi. Kenapa kau terlambat!? Dan ada apa dengan bibirmu!?“ tapi Yuu menghiraukan pertanyaan dari Mrs. Yume dan hanya menunduk ke bawah.

“Maafkan saya Yuu-kun, tapi kau harus berdiri di koridor kelas seperti Takanori-kun.“ Ucap Mrs. Yume. Yuu pun hanya mengangguk pelan dan berjalan keluar kelas. Takanori kembali menatapnya dengan tatapan aneh, tapi ia menghiraukannya dan berdiri di sebelahnya.

Hening...

Ruki kembali menatap ke arah jendela. Ia berusaha mengalihkan perhatiannya dari orang yang berdiri di sebelahnya. Selama ia bersekolah di St. Angelo, belum pernah sekalipun ia berbicara dengan seorang Shiroyama.

“Err—apa yang membuatmu terlambat, Aoi-kun?” Ruki mencoba memecahkan kesunyian.

“Tidak ada yang mengizinkanmu memanggilku dengan sebutan itu, Matsumoto.” jawabnya cepat.

“M—maafkan aku, Shiroyama.” Dengan itu pun Ruki menghentikan niatnya untuk berbicara dengan Yuu.

***

“Dia apa!?” Uruha kaget bukan main saat mendengar cerita Ruki tentang tadi pagi. Roti yang di makannya berlompatan keluar dari mulutnya.

“Bibirnya. Robek. Kouyou...” Ruki mengucapkannya sepatah – sepatah dan dengan penuh penekanan. Saat ini seluruh anggota 5 Bintang—kecuali Aoi—sedang berkumpul di kafetaria sekolah mereka saat istirahat siang.

“Aku tidak heran kalau kau terkejut, Uruha...” komentar Kai. “...Aku pun tidak kalah terkejutnya denganmu. Yuu terlihat berantakan pagi ini, Mrs. Yume juga terlihat sangat terkejut.“

“Tapi kenapa ia terlihat seperti berantakan sekali?“ tanya Ruki.

“Mungkin sesuatu terjadi saat ia akan berangkat sekolah,“ terka Kai.

“Aku akan bertanya padanya saat kelas gitar nanti,“ Uruha memakan makanannya. Tapi di dalam hatinya ia sedang memikirkan Aoi. Hey! Kenapa aku memikirkannya!? Apa aku khawatir padanya!?—batin Uruha.

***

Aoi menyandarkan punggungnya ke pagar atap sekolah. Lagi – lagi ia bolos kelas gitarnya. Kepalanya mengadah ke langit seperti biasa. Banyak yang terjadi sejak ia mengantarkan Uruha ke rumah Reita.

Aoi memarkirkan mobilnya di depan pintu rumahnya dan menyuruh pelayannya untuk memarkirkan mobilnya ke garasi.

“Onii-saaaan!” Kanon berlari menyambut Aoi yang baru saja masuk ke dalam rumah dengan semangat. “Kapan kita akan belajar gitar? Aku sudah tidak sabar! Kau harus mengajariku lagu Luna Sea! Boleh aku pinjam gitarmu?” Kanon membombardir Aoi dengan pertanyaan.

“Sabar Kanon, aku pasti akan mengajarimu...” Aoi tertawa kecil dan mengusap kepala adiknya dengan sayang. Di antara seluruh keluarganya, hanya Kanon yang benar – benar ia sayang. Karena hanya Kanon lah yang benar – benar menunjukkan perhatian kepadanya.


“Uuuung~ kenapa tidak mau bunyi?” dumal Kanon kesal. Aoi pun hanya tersenyum kecil melihat usaha adiknya. “Sepertinya aku memang hanya bisa bermain piano,” ucapnya pasrah.

“Berusahalah Kanon, aku yakin kamu pasti bisa...” ucap Aoi memberikan semangat.

Tapi tiba – tiba pintu kamar Aoi terbuka dengan kencang dan suaranya menggema di seluruh kamar Aoi. Tidak yang seperti Aoi bayangkan, Mr. Shiroyama ternyata pulang lebih awal. Dan ia mendengar dan melihat Kanon, anak yang menjadi penerus orkestranya sedang belajar bermain gitar.

“A—ayah...” Kanon menjerit pelan. Dengan spontan ia melepas gitar Aoi dan terjatuh di atas kasur. Sedangkan Aoi hanya menatap ayahnya, mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya.

Sebuah kepalan mendarat dengan mulus di ujung bibir Aoi. Membuatnya terjatuh ke lantai dengan benturan yang cukup keras. Kanon menjerit pelan melihat Aoi terjatuh. Air mata mulai turun dari ujung matanya.

“Sudah ku bilang berkali – kali agar jangan mengajari Kanon bermain alat musik sampah seperti itu! Aku tidak ingin penerusku menjadi rusak seperti kamu dan kakakmu!“ bentak Mr. Shiroyama kepada Aoi. Dan dengan kasar, Mr. Shiroyama menarik tangan Kanon dan membawanya keluar dari kamar Aoi. Aoi pun hanya meringkuk di lantai sambil memegang ujung bibirnya yang robek dan berdarah. Ia tidak membiarkan air matanya turun atau itu berarti kalau ia telah kalah.


Aoi tertegun dalam lamunannya. Air mata turun dari matanya tanpa ia sadari. Tapi ia membiarkannya mengalir, membiarkan dirinya melepaskan amarah yang selama ini selalu di tahannya. Karena ia yakin, kalau ia menunjukkan air mata ini di depan ayahnya, maka artinya ia telah kalah dan menyerah.

“Kau menangis?” Aoi terbuyar dari lamunannya dan menatap orang yang telah berdiri di depannya.

“Tora...” ucapnya pelan. Ia menyeka air matanya dengan lengannya.

“Ada apa?” Tora berlutut di depan Aoi dan menatapnya dengan khawatir. Aoi hanya menundukkan kepalanya, ia belum yakin apakah ia akan menceritakan semua kejadian yang di alaminya kepada orang lain. Dan ia pun hanya menggeleng pelan.

Mata Aoi terbelalak ketika ia merasakan sentuhan di pipinya. Ia mengangkat kepalanya perlahan dan melihat Tora sedang memegang pipinya dan dengan perlahan menghapus air matanya dengan jari tangannya. Aoi hanya diam melihat reaksi yang dilakukan oleh Tora. Ia tidak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya, bahkan oleh ibunya sendiri. Perasaan yang nyaman dan aman. Aoi pun menutup matanya dan berusaha menikmati perhatian yang Tora berikan kepadanya.

Tora pun menatap muka Aoi dengan seksama. Ia sendiri tidak percaya dengan apa yang ia lakukan. Ia tidak pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya. Tapi entah mengapa saat melihat air mata turun dari mata Aoi, ia merasakan penderitaan yang selama ini tersimpan di dalam diri Aoi. Dan entah mengapa ia sangat ingin menghilangkan penderitaan itu dari Aoi. Ia ingin melihat Aoi bahagia.

Tora menatap muka Aoi dan menyadari kalau Aoi sudah tertidur. Ia tersenyum kecil dan duduk di sebelah Aoi. Dengan pelan ia menyenderkan kepala Aoi ke lehernya. Tora memandang Aoi dengan sekasama. Nafas Aoi yang hangat menggelitik lehernya, mulutnya yang empuk terbuka sedikit dan rambut Aoi yang pendek menempel dengan pipinya. Ia melihat perut Aoi naik dan turun dengan pelan. Sepertinya Aoi tertidur dengan nyenyak.

Senyum kecil terlukis di bibir Tora saat ia melihat Aoi yang sedang tertidur. Terlihat sangat polos seperti anak kecil yang sama sekali tidak ada masalah dalam kehidupannya dan mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya. Tora pun mengusap pipi Aoi dengan pelan dan mendekatkan kepalanya ke muka Aoi. Dengan perlahan, ia pun menyatukan bibirnya dengan bibir Aoi.

Fanfic - he stole my life *part 2*

Title : he stole my life
Author : Kanon Kuroii
Chapter : 2/??
Genre : romance, humor
Pairing : RukiXTakeru
Rating : NC-17
Warning : Manxman, kissing, foreplay? idiot author
Disclaimer : I put them in the dungeon. I DON’T OWN THEM!
Comment : buat di sela sela bikin Usual Love Story

part 1




Semua anggota SuG pun akhirnya memasuki studio pribadi mereka. Mereka pun meletakan semua peralatanya dengan semangat. Setelah mereka semua berkerja keras, akhirnya mereka mendapatkan kesempatan untuk menitih karir mereka. Dengan semangat, Takeru langsung memberikan ornamen dan hiasan yang mencirikhaskan SuG. Ia mebawa segala bentuk poster dan gantungan yang berwarna - warni, dengan semangat ia memasangnya di ruang latihan mereka.

"Takeru, apa-yang-kau-lakukan!?" Mitsuru menarik kerah Takeru.

"Kau jangan marah seperti itu Mi-chan~ ini agar kita serasa di rumah..." dumal Takeru kesal, ia pun memanyunkan bibirnya.

"Oh ya? Rumahku tidak terlihat seperti taman kanak - kanak!" bentak Mitsuru kesal.

"Kalau begitu agar terlihat seperti rumahku!" ledek Takeru sambil tertawa lebar.

"Kau tahu? Menurutku ide baka-Takeru bagus juga," ucap Masato yang duduk di sofa sambil mengamati studio bandnya. "Agar terlihat seperti ciri khas kita sebagai band oshare."

"AHA! Aku tahu kalau aku memang jenius! I love you Masa-chi!" Takeru pun memeluk Masato dengan kencang.

"...Tidak...dapat, bernafas..." pekik Masato lemas. Sedangkan Yuji hanya melihat ke-bodohan ketiga band matenya sambil menyetem gitarnya.

"Hey hey! Kalian tahu!?" Chiyu memasuki ruang latihan dengan semangat, "...Studio kita ternyata satu lantai dengan studio the GazettE! Itu berarti kita bisa melihat mereka latihan, dan mereka dapat melihat kita latihan!"

JLEGERR!

Tiba - tiba saja Takeru mematung di tempat, mendengar kata - kata Chiyu barusan membuat perutnya sakit bukan kepalang. The GazettE!? Satu lantai!? Kalian pasti bercandaaaaaaaaaaaaa!! - teriak Takeru dalam hati.

"Hai kalian semua!" sapa seseorang dari pintu ruang latihan SuG.

"Ah! Aoi-senpai! Ohayo~" sapa Takeru semangat. Aoi berdiri di pintu studio SuG. Rokok dengan manis bertengger di bibirnya.

"Kalian benar - benar mendekor studio kalian menjadi ciri khas kalian ya! Menarik..." puji Aoi.

"Ciri khas dari Takeru sebenarnya..." dumel Mitsuru kesal. Takeru pun senyum penuh kebanggaan.

"Oh ya!? Pantas studio kalian terlihat warna - warni! Terlihat sangat 'Takeru' sekali!" komentar Ruki yang tiba - tiba muncul dari belakang punggung Aoi.

Takeru mendadak menjadi diam seribu bahasa lagi setelah melihat orang yang paling-tidak-ingin-di-temuinya. Keringat dingin mulai membasahi badannya.

"Ada apa? Takeru?" Ruki melihat ke arah Takeru, senyum licik terlihat di bibirnya.

"Err... Tidak ada apa - apa, Ruki-san. Sungguh..." jawab Takeru gugup.

"Aww, jangan begitu formal kepadaku... panggil saja aku Ruki, ok?"

"Ok," jawab Takeru singkat.

"Ne Ruki, sebaiknya kita kembali ke studio kita. Kau tahu, Kai hanya memberikan kita istirahat selama sepuluh menit... Lagipula mereka semua akan latihan," Aoi berkata sambil menghisap rokoknya dalam - dalam dan menghembuskannya perlahan.

"Kau tahu Aoi, sepertinya aku punya ide yang lebih baik..." Ruki tersenyum ke arah Aoi. Membuat Aoi menaikkan sebelah alisnya dan bingung. "...Ayo kita lihat latihan pertama mereka!"

"APA!?" teriak Aoi dan Takeru secara bersamaan.

"Kau tahu apa yang akan Kai lakukan kalau kita sampai tidak kembali ke ruang latihan tiga menit lagi kan!? Mungkin dia akan memenggal kepala kita dan memajangnya di atas perapian rumahnya!" Aoi panik bukan kepalang, ia menoleh ke ruang latihan mereka yang berada di pojok koridor. Sepertinya Reita dan Uruha sudah kembai ke sana.

"Benar, benar..." bisik Takeru pelan, ia benar - benar tidak ingin Ruki melihat latihan mereka saat ini. Jadi ia hanya berdoa kalau Aoi mau menyeret vokalisnya tercinta kembali masuk ke dalam ruang latihan.

"Ayolah Aoi~ apa salahnya apabila kita memperhatikan junior kita sebentar... Lagipula aku sedang malas latihan, kita sudah latihan selama tiga jam dan Kai hanya memberikan istirahat sepuluh menit!?" rengek Ruki kepada Aoi.

"Kau tahu Ruki, sepertinya idemu bagus juga. Aku juga sedang bosan latihan hari ini..." Aoi pun tersenyum lebar.

APA!? Ku kira Aoi adalah penyelamatku! Ternyata sama saja! I hate you Aooooii! - Batin Takeru kesal.

"Kami berdua boleh melihat kalian latihan?" tanya Aoi.

"Tentu saja boleh! Pintu studio kami selalu terbuka untuk para senpai!" ucap Masato semangat.

Masato kau idiot! Tunggu pembalasanku nanti! - sumpah Takeru kepada Masato.

Dengan semangat Ruki dan Aoi langsung menutup ruang latihan SuG dengan rapat. Agar Kai tidak mengetahui mereka kalau mereka berada di dalamnya.

“Oke! Aku siap menontonnya!“ ucap Ruki semangat sambil duduk di sofa sebelah pintu studio. Aoi pun sudah duduk rapi di sebelahnya.

Akhirnya dengan penuh rasa terpaksa, Takeru pun berusaha menghiraukan keberadaan Ruki. Mitsuru pun langsung menggebuk drum-nya dan memulai latihan tersebut. Mereka membawakan single pertama mereka, I Scream Party. Dengan semangat Takeru menyanyikan lirik demi lirik. Berusaha membawakannya se-ceria mungkin. Sampai akhirnya tiba di bagian akhir lagu,

“…Oshiete yo yume no na— AAAARGH!“ tiba – tiba saja Takeru berteriak dan menghentikan nyanyiannya. Sontak seluruh anggota SuG serta Ruki dan Aoi pun terkejut.

“Ada apa Takeru?” Yuji menghampiri Takeru.

“Aku selalu tidak pernah bisa mencapai nada itu dengan tepat!” Takeru merentangkan tangannya di udara. Ia sebenarnya tidak begitu ingin menjadi vokalis, karena ia tidak begitu suka dengan menyanyi. Ia lebih memilih membawakan alat musik seperti gitar atau bass daripada menjadi vokalis.

“Ayolah~ kau pasti bisa...” Masato menepuk – nepuk pundak Takeru. “Ta-chan yang ku kenal selalu semangat!”

“Tapi aku selalu gagal mencapai nada tersebut~” Takeru memanyunkan bibir mungilnya.

Tiba – tiba saja Ruki tersenyum lebar dan menatap Takeru dengan penuh makna. Ia segara bangkit dari sofa tersebut dan berjalan ke arah Takeru. Takeru pun sepertinya tidak menyadari Ruki mendekat kepadanya, dengan jahil Ruki pun melingkarkan tangannya ke pinggang Takeru. “Ne, Takeru...”

Takeru yang sedang berdebat dengan Yuji sontak kaget dan berusaha melepaskan tangan Ruki dari pinggangnya. Tapi Ruki memegang pinggang Takeru dengan kuat, sehingga Takeru tidak bisa lepas darinya.

“R—Ruki senpai!?“ Takeru panik bukan kepalang. Pipi mungilnya berubah menjadi merah seperti tomat yang baru saja matang.

“Kau tahu Takeru, kau bisa mencapai nada tersebut... yang kau perlukan adalah sedikit latihan,” bisik Ruki tepat di telinga Takeru. Membuat Takeru menggeliat di dalam pelukan Ruki. Takeru menggigit bibir bawahnya karena panik. Dan seluruh badannya menjadi keringat dingin. “—Dan aku dapat mengajarimu,“

“A—apa!?“ Takeru panik dan menatap muka Ruki yang tersenyum sinis. “A—aku sepertinya dapat latihan sendiri,“ Takeru berusaha menolak tawaran Ruki karena ia tahu apabila ia hanya berdua dengan Ruki dalam satu ruangan, maka pasti akan terjadi sesuatu.

“Ne~ kau tidak usah malu seperti itu, sebagai senpai yang baik, aku ingin mengajarkan kohai kesayanganku cara bernyanyi yang benar...“ Ruki meronggoh kantong celananya dan mengeluarkan ponsel hitamnya. “Beritahu aku nomor ponselmu, dan aku akan memberitahukan alamat apartemenku.“

“A—apartemenmu!?“

“Ya. Atau kau mau ku ajari di kamar hotel? Aku tahu hotel yang bagus untuk kita berdua,“ bisik Ruki di telinga Takeru agar anak SuG yang lain tidak dapat mendengar mereka.

“A—apartemen saja sudah cukup,“ jawab Takeru pasrah. Akhirnya ia mengambil ponsel Ruki dan memasukkan nomor ponselnya. Setelah selesai, ia pun mengembalikannya ke Ruki.

“Yay! Nanti akan ku message ke nomormu,” ucap Ruki semangat.

“O—oi Ruki!” Aoi memanggil Ruki, mukanya berubah menjadi panik dan pucat. ”Uruha baru saja memberiku message, dan ia berkata kalau Kai sedang mengamuk di dalam studio karena kita tidak datang... DAN DIA SEDANG MENUJU KE SINI!” Aoi menjerit pelan saat melihat Kai dari balik jendela sedang berjalan di koridor dan menuju ke studio SuG.

“APAAA!!” Ruki teriak bukan kepalang. Membuat Kai marah sama saja dengan menyerahkan diri ke neraka. “Oh shit! Apa yang harus kita—“

Belum selesai Ruki menyelesaikan kata – katanya, tiba – tiba pintu studio SuG terbuka lebar. Dan sosok Kai berdiri di depannya.

“Konnichiwa kouhai, aku hanya mampir untuk mencari vokalis dan gitaris bandku tercinta. Apa kalian melihatnya?” Kai mengeluarkan innocent-beam-nya kepada anak SuG.

Anak SuG hanya terdiam di tempat dan menggeleng pelan.




“Ruki, Aoi. Aku tahu kalian ada di balik drum set Mitsuru. Segera keluar atau kalian akan siap merapihkan barang – barang kalian dan meninggalkan PSC untuk selamanya...“ ancam Kai sambil tersenyum, tapi aura penuh kenistaan langsung terpancar di seluruh studio, membuat anak SuG mematung semua. Dengan muka pucat dan keringatan, Ruki dan Aoi muncul dari balik drum Mitsuru.

“Hehe, kami sedang main petak umpet. Ne Aoi?” Ruki menepuk – nepuk pundak Aoi dengan aneh.

“Yep. Apa yang di katakan midget itu benar,” bela Aoi.



Hening…



“Ruki. Aoi. Latihan. Sekarang.”

Dengan kecepatan cahaya, Ruki dan Aoi langsung melesat keluar dari studio SuG dan berlari ke arah studio mereka yang berada di seberang koridor. Anak – anak SuG tetap terdiam di tempat setelah melihat ‘another side’ dari Kai, sang drummer yang di juluki sebagai the-cuttest-boy.

“By the way, nice studio…” ucap Kai ramah sebelum menutup pintu studio dan meninggalkan anak SuG sendirian lagi.

“Haaaaaah~” dengan spontan, semua anak SuG duduk dan terkapar di lantai. Masi tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

“Aku bersumpah tidak akan mencari gara – gara dengan Kai senpai,” ucap Chiyu sambil membenamkan mukanya ke bantalan sofa.

Bzzz bzzz…

Ponsel Takeru bergetar. Ia pun merogoh kantong celananya untuk mengambil ponselnya tersebut dan segera membuka message yang masuk.

From: +81xxxxxxxxxx

Hay Take-chan!
Apartemenku di Green Hill no.206,
Ku tunggu kau jam 8 malam… Jya!

-Ruki.


Wajah Takeru pun terlihat semakin pucat dari sebelumnya.
=====

wooow~ apa yang akan di lakukan oleh Ruki?? saksikan dalam episode selanjutnyaaa!! XDD

Nyappy Birthday Saga-cchi!


YAAAAAAAYY! hari ini, tanggal 24 Juni, Sakamoto Takahashi a.k.a Saga
sedang merayakan ulang tahunnya yang ke 28 TAHUUUUUNN ! ! XDDD
tanjoubi omedetoooou~

semoga semakin seksi,
perutnya semakin indaah~
betotan bassnya semakin aduhai~
*btw, kuenya enak buangeeet~ *ngecess*

FANFIC - usual love story, [chapter 7]

Title : usual love story
Author : Kanon Kuroii
Chapter : 7/??
Genre : romance, humor
Pairing : AoixUruha, ToraxAoi (one-sided), more to come
Rating : PG-13
Warning : Manxman, idiot author
Disclaimer : I put them in the dungeon. I DON’T OWN THEM!
Comment : fanfic series pertama^^d

Prologue/Chapter 1/Chapter 2/Chapter 3/Chapter 4/Chapter 5/Chapter 6




Uruha keluar dari toko itu beberapa menit kemudian. Ia melihat ke arah taman yang berada di depan toko itu dan menemukan Aoi, Takeru dan Masato sedang duduk di rumput taman tersebut. Mereka terlihat saling bercanda. Takeru yang secara tidak sengaja menoleh ke arah Uruha pun tersenyum kepada Uruha dan memberikan isyarat untuk menghampiri mereka. Dan Uruha pun menghampiri mereka.

“Uru! Kau mau es krim?” tanya Takeru yang langsung menghampiri Uruha ketika Uruha melangkahkan kaki ke dalam taman tersebut.

“Err—boleh, aku suka es krim...“ jawab Uruha.

“Kau dengar itu Aou!“ Takeru berteriak ke arah Aoi yang sedang duduk di sebelah Masato sambil memainkan gitarnya. Aoi pun menolehkan kepalanya ke arah Takeru dan Uruha. “Uruha juga mau es krim! Jadi kau harus mentraktir kami es krim!“ rengek Takeru.

Akhirnya Aoi pun menyerah dan berdiri dari rumput tersebut. “Baiklah... Mommy—“ ucapnya sambil mengeluarkan dompetnya dan berjalan ke arah stand es krim.

“YEEEY!“ dengan semangat Takeru langsung mengangkat tangannya ke udara dan melompat kegirangan. “Ayo Uru! Kita di traktir Aou!“ Takeru pun menarik tangan Uruha dan membawanya ke tempat stand es krim.

“Irashai masen,” penjaga stand tersebut menyambut Aoi, Takeru dan Uruha dengan ramah.

“Aku mau chocholate venom miracle!” pesan Takeru dengan semangat. Uruha pun hanya tersenyum kecil melihat tingkah Takeru yang seperti anak berumur 6 tahun yang merengek es krim kepada ayahnya.

“Kau?” tiba – tiba saja Aoi membalikkan badanya ke arah Uruha. Membuat Uruha terbuyar dari lamunannya.

“Eh? E—vanilla chocho cream,” Uruha asal mengucapkan nama es krim yang tertera di menu.

Akhirnya setelah mereka mendapatkan es krim, mereka pun kembali menuju tempat dimana Masato telah menanti mereka. Ia memainkan gitar Aoi yang di tinggal oleh Aoi tadi.

“Senang setelah mendapatkan pencuci mulut, Mommy-chan?” ledek Masato.

“Shut up Ma-chi! Aku ingin menikmati masa – masa berdua dengan es krim ini!” protes Takeru kesal dan mulai melahap es krimnya sendirian. Masato pun hanya tertawa.

“Masato, aku mau pulang. Kanon pasti sudah menungguku di rumah.“ Aoi pun mengambil gitarnya dan bersiap untuk pulang.

“EEEEH!? Sudah mau pulaaang~?“ Takeru yang sedang asik dengan es krimnya pun langsung berhenti menjilatinya dan berjalan ke arah Aoi. “Tapi kan kita belum bermain hari ini~“

“Aku harus pulang, Kanon sudah menungguku di rumah. Aku berjanji untuk mengajarinya bermain gitar hari ini...“

“Ouh, okay— titip salamku untuk Kanon-chan! Mommy rindu padanya!“ ucap Takeru akhirnya. Aoi pun hanya menganggukkan kepalanya dan mulai berjalan kembali ke arah mobilnya yang di parkir di dekat toko milik Takeru. Ketika ia membalikkan badannya dan berjalan ke arah kolam.

“Kau tidak pulang?” Uruha yang sedang asik menyantap es krimnya sambil memandangi bebek yang sedang berenang di kolam taman pun sontak kaget dan menatap muka Aoi.

“EH!? E—ya, aku lupa kalau aku janji ke rumah Reita sekarang.” Jawab Uruha gagap dan berdiri. Aoi hanya mengangguk dan kembali berjalan ke arah mobilnya ketika ia di kejutkan oleh suara Uruha yang berat dan melengking.

“BAN MOBILKU BOCOOOORR!!“ teriak Uruha saat melihat ban mobil Alpard ungunya yang kempes. Es krim yang daritadi di pegangnya jatuh dengan tidak sengaja dan mengotori kaosnya. “AAARGH! Kaos barukuuu!!“

Aoi pun yang sudah berniat untuk pergi pulang akhirnya mengurungkan niatnya dan berjalan ke arah mobil Uruha, “Ada apa?“

“Mobil Alpardku tercinta sedang terluka! Lihat! Bannya bocor!” Uruha menunjuk ban mobilnya yang bocor. “Dan lihat ini! Kaos Luna Sea baruku terkena tumpahan es krim itu! Sekarang kotooor~ aku tidak akan bisa ke tempat Reita...“ dengan lemas Uruha langsung duduk di pinggir jalan dan meratapi nasipnya. Aoi yang daritadi diam saja akhirnya menarik tangan Uruha dan membawanya kembali ke dalam toko Takeru.

“A—Aoi! Kenapa kita kembali!?“ Uruha terlihat bingung. Dan lagi – lagi tangannya di genggam Aoi dengan erat.

“Bajumu kotor, kau harus ganti kaosmu itu dengan yang baru.“ Ucap Aoi santai sambil membuka pintu toko itu.

“Aoi? Kau sudah kembali? Mana Takeru dan Masato?” tanya Mitsuru bingung.

“Pilihlah kaos yang kau suka, biar aku yang bayar.” Ucapnya santai sambil kembali duduk di sofa yang terletak di belakang kasir. Uruha pun menggerutu, apa – apaan itu!? Aku ini orang kaya! Aku mampu membeli kaos sendiri!— gerutu Uruha.

“Aku mampu membeli kaos ini dengan uangku sendiri tahu,” ucapnya sebal.

***

Aoi dan Uruha akhirnya keluar dari toko tersebut. Lagi – lagi Aoi menggenggam tangannya dan membawanya ke arah mobilnya.

“Kenapa aku harus naik mobilmu?” tanya Uruha pedas. Ia masih sedikit kesal dengan sikap Aoi yang sombong di toko tadi.

“Naik saja, aku akan mengantarkanmu ke tempat Reita.”

“Lalu mobilku bagaimana?“

Dengan malas Aoi mengambil handphonenya dan mengetik sesuatu dengan cepat. “Anak – anak SCREAM PARTY akan mengurusnya,“ jawabnya datar.

Akhirnya dengan pasrah Uruha pun naik ke kursi penumpang di sebelah Aoi. Setelah memastikan Uruha menggunakan sabuk pengamannya, Aoi pun menjalankan mobilnya ke arah rumah Reita.




to be continue...

FANFIC - usual love story, [chapter 6]

Title : usual love story
Author : Kanon Kuroii
Chapter : 6/??
Genre : romance, humor
Pairing : AoixUruha, ToraxAoi (one-sided), more to come
Rating : PG-13
Warning : Manxman, idiot author
Disclaimer : I put them in the dungeon. I DON’T OWN THEM!
Comment : fanfic series pertama^^d

Prologue/Chapter 1/Chapter 2/Chapter 3/Chapter 4/Chapter 5




Uruha memandang pemandangan kota dari balik jendela mobilnya. Ia sedang dalam perjalanan ke rumah Reita untuk menghabisi hari Minggunya yang membosankan ketika ia melihat seseorang berambut hitam yang ia kenal sedang memasuki suatu toko butik di pinggir jalan.

“Aoi...”

Uruha pun turun dari mobil dan berjalan menuju toko baju tersebut. Dari luar, toko itu terlihat seperti toko baju perempuan yang penuh dengan warna warni dengan tulisan ‘SCREAM PARTY’ di tengah toko tersebut. Membuat Uruha bingung dan berpikir apakah benar orang seperti Aoi memasuki toko seperti ini? Atau apakah pengelihatannya yang salah. Akhirnya Uruha pun memasuki toko baju tersebut.

“IRASHAI MASEEEEN!!” Uruha di sambut oleh pria—kira – kira seperti itulah yang Uruha liat—yang mengenakan baju berwarna pink terang dan celana hijau menyala serta berbagai macam aksesoris yang melekat di badannya. “Selamat datang ke SCREAM PARTY! Tempat anda untuk mengeksplorasikan warna anda! Silakan melihat – lihaaaat~” sapa pria tersebut dengan semangat.

Uruha pun akhirnya memutuskan untuk berkeliling toko tersebut untuk mencari Aoi. Dan orang yang di carinya pun ternyata berada di sana. Aoi. Sedang duduk di sofa di belakang kasir sambil menyalakan rokoknya, gitar hitamnya bertengger manis di sebelahnya. Ia mengenakan kaos hitam bertuliskan ‘My Habbit’ di tengahnya dan mengenakan celana skiny berwarna hitam. Dan yang paling membuat Uruha terkejut adalah prieching yang berada di pinggir bibirnya. Aoi tidak pernah menggunakan benda itu saat di sekolah.

Aoi yang sedang asik menghisap rokoknya tiba – tiba mengeluarkan asap rokoknya dengan cepat saat melihat sosok pria berambut coklat keemasan tersebut.

“U—Uruha!?” matanya terbelalak.

“Ah, Aoi! Tak ku sangka bertemu di tempat seperti ini!” sapa Uruha ramah dengan nada yang seolah – olah ikut terkejut melihat Aoi. Aoi tidak membalas sapaan Uruha, ia terlalu sibuk melihat kehadiran Uruha di tempat yang paling ia-tidak-ingin-beritahu-kepada-orang-lain.

“Aouu my lovely!” seseorang tiba – tiba berlari ke arah Aoi dan meloncat ke atas sofa dimana Aoi duduk. Dengan santainya memeluk Aoi dan mencium pipinya. “Kenapa kau tidak memberitahuku dulu kalau kau mau kemari!?” ucap orang tersebut ceria.

Uruha hanya terdiam melihat adegan tersebut. Jika ia sedang minum saat ini, pasti minuman itu sudah muncrat dari mulutnya. Aoi yang ia kenal dengan anti-socialnya tiba – tiba saja di peluk dan di cium oleh orang yang seperti anak – anak. Dengan rambut pirangnya yang berhighlight pink, baju yang warna warni seperti lollipop dan sepatu yang berwarna sama. Entah mengapa ia merasa sedikit cemburu.

“T—Takeru,” Aoi berusaha melepaskan tangan Takeru dari pundaknya.

“Tidak apa – apa Aou~ hari ini tidak ada pelanggan yang datang! Mommy kangen padamu~” ucapnya sambil menyenderkan kepalanya di pundak Aoi.

“Sebaiknya kau pikirkan lagi kata – katamu sebelum kau berbicara, baka.” Aoi mengarahkan matanya ke arah Uruha untuk memberikan isyarat kepada Takeru. Takeru pun mengikuti arah mata Aoi dan melihat sosok Uruha sedang menatap mereka berdua dalam diam.

“Aaaaah! Gomen! Aku tidak tahu kalau ada pelanggan masuk!“ Takeru pun panik dan segera melepaskan tangannya dari Aoi dan berjalan ke arah Uruha. “Maafkan ke tidak sopanan saya tuan, ada yang bisa saya bantu!? Oh, selamat datang di SCREAM PARTY.“ Takeru segera membungkukkan badannya dalam – dalam ke arah Uruha.

“Ti—tidak apa – apa sungguh,” Uruha membalas bungkukkan Takeru.

Tiba – tiba saja Aoi berdiri dari sofa dan mengambil gitarnya, “Sepertinya lebih baik aku pulang, jya Takeru...” Aoi melambaikan tangannya ke arah Takeru dan siap berjalan ke luar toko tersebut.

“A—Aoi, matte~” Uruha berusaha mengejar Aoi ketika ia di halangi oleh Takeru.

“Kau kenal Aou?” tanyanya penasaran.

“I—iya, dia temanku di sekolah...” jawab Uruha gugup.

“APA!?” tiba – tiba saja mata Takeru terbelalak. “Aou! Jangan beraninya kau pergi!” Takeru pun menarik tangan Aoi dan menahannya di tempat. “Yuji! Tutup pintu toko ini! Mitsuru! Tutup jendela ruangan ini! Masato, bantu aku tahan Aou! Kita punya anak nakal yang harus di introgasi!” Takeru pun memerintah semua teman – temannya.

Uruha pun terkejut melihat sikap berlebihan yang di lakukan oleh Takeru. Dalam sekejap, toko yang tadinya berwarna warni tiba – tiba saja menjadi gelap. Membuat Uruha menelan ludahnya pelan – pelan. Apa yang ku lakukan? Apa aku telah melakukan hal yang salah!?— pikir Uruha.

“Takeru, hentikan lelucon ini...” ucap Aoi kesal kepada Takeru.

“Tidak Aou! Kau mempunyai teman selain kami dan kau tidak memperkenalkannya kami!? Teman macam apa kau!?” Masato memegang lengan Aoi dengan kencang.

Takeru melihat Uruha dalam – dalam, “Kau benar teman Aou?“ dan Uruha hanya menganggukan kepalanya pelan dengan bingung.

“OH MY GOOOSH!!! Aou anakku yang kita cintai ini berhasil memiliki teman di sekolahnyaaaa! Mommy bahagia Aou, MOMMY BAHAGIAAAAAA!!“ Takeru memeluk Aoi dengan kencang dan menghiraukan Aoi yang sedang sibuk melepaskan dirinya dari pelukan maut Takeru. “Aaah~ aku menangis bahagia,“ ucap Takeru sambil menyeka air matanya dengan kaos Aoi.

“Takeru, bisakah kau menghentikan perbuatanmu itu? Sangat mengganggu,“ Aoi menghelakan nafasnya dengan kesal. Ia selalu saja di perlakukan seperti anak kecil oleh Takeru. Dan Takeru selalu menganggap bahwa dirinya adalah Mommy dari Aoi.

“Maaf. Tapi, kita harus merayakan hari bersejarah ini! Ayo, mommy akan membelikanmu es krim strawberry! Ayo Masato!“ dengan semangat Takeru dan Masato langsung menarik Aoi ke luar dari toko itu dan menghilang dari pandangan Uruha.

Hening...

“Err... apakah ada seseorang yang bisa menjelaskan kejadian yang baru saja terjadi?“ Uruha menoleh kepada empat orang yang tersisa di dalam ruangan tersebut.

“Hem~ maafkan kami, kau pasti bingung tentang apa yang terjadi—“ ucap Yuji, “—Kami adalah teman – teman Aoi, yah... walaupun entah apakah Aoi menganggap kami adalah temannya.” Yuji pun menggaruk kepalanya dengan canggung. “Namaku Yuji, yang berdiri di sana adalah Mitsuru dan Chiyu, dan yang ikut pergi dengan Aoi adalah Masato. Sedangkan si orang-yang-sok-Mommy itu adalah Takeru... namamu?”

“U—Uruha, just call me Uruha.” Uruha pun membungkuk. “Hemm… aku tidak pernah menyangka kalau Aoi mempunyai teman yang—err… sangat berbeda dari kepribadiannya,” Uruha menatap Yuji dengan bingung.

“Itu adalah cerita yang sangat panjang, akan ku ceriatakan kepadamu di belakang… mari—“ Yuji memberikan isyarat kepada Uruha agar ia mengikutinya ke belakang.

Di belakang toko tersebut ada sebuah ruangan kecil yang berisi meja dan beberapa kursi serta sofa di dalamnya. Di meja tersebut berserakan puntung rokok dan kartu remi. Sepertinya ini adalah tempat untuk mereka beristirahat.

“Maaf sedikit berantakan, silakan duduk…” Yuji mempersilakan Uruha duduk di salah satu kursi di ruangan tersebut dan Uruha pun mengikutinya. “—Rokok?“

“Ti—tidak, aku tidak merokok...“ tolak Uruha dengan sopan.

Yuji hanya tertawa kecil mendengar perkataan Uruha barusan. “Kau adalah anak yang cukup alim di antara anak seumuranmu,“ nada suaranya seperti mengejek Uruha. Tapi ia berusaha untuk tidak marah, karena apabila ia marah skarang. Yuji pasti tidak akan menceritakan tentang Aoi dan hanya akan menendangnya keluar dari toko.

“Terima kasih atas sindiranmu barusan, aku sungguh tersanjung—“ cibir Uruha kesal.

“Hmpf. Tidak perlu marah seperti itu ‘kay? Aku hanya bercanda...” Yuji pun duduk di hadapan Uruha dan menyalakan rokoknya. “Jadi, apa yang ingin kau ketahui?”

“Bagaimana kalian bisa menjadi teman Aoi?”

Yuji menghisap rokoknya dalam – dalam dan menghembuskannya dari mulut dan hidungnya, “Entah dari mana aku harus menceritakannya padamu. Tapi, dulu kami berlima dulu adalah orang yang hidup dengan menjadi pencuri dan mengambil semua barang yang bisa kami jadikan uang, kami selalu menjadi kejaran polisi, di hajar oleh masyarakat...” Uruha terdiam dengan tenang. Mengetahui bahwa Yuji masih akan menceritakan ceritanya. “Jadi suatu hari kami berlima berniat untuk merampok mobil mewah yang sedang melintas di depan taman. Dan ternyata di dalam mobil itu adalah Aoi. Ia menghajar kami semua, ia orang yang sangat kuat. Kami semua kalah dengannya, lalu saat ia akan segera kembali ke dalam mobilnya, Takeru menarik kakinya dan memohon kepada Aoi agar ia memberikan sedikit uang untuk kami. Saat itu yang aku hanya pikirkan adalah betapa rendahnya harga diri kami, kami mengemis kepada orang.” Uruha menarik nafasnya dengan gugup, sedikit terkejut mendengar cerita Yuji barusan. Yuji pun hanya tersenyum malu kepada Uruha dan menghisap rokoknya sebelum kembali bercerita “Ku kira setelah Aoi mendengar perkataan Takeru barusan, ia akan menendang muka Takeru dan mengucapkan sumpah serampah kepada kami... tapi ia malah berlutut kepada Takeru dan menyuruh kami semua untuk masuk ke dalam mobilnya. Pertama ku kira ia akan membawa kami ke dalam kantor polisi, tapi ia membawa kami ke rumah megahnya.” Yuji kembali menghisap rokoknya. ”Kami di berikan perawatan untuk luka – luka kami dan di berikan baju ganti yang sepertinya mahal... setelah itu, ia menawarkan kami untuk membuka suatu usaha dan ia berniat memberikan kami modal. Saat pertama kami menolaknya, karena kau tahu kan—yah~ kami malu pada diri kami sendiri yang bergantung kepada orang lain. Tapi ia mengatakan ‘it’s okay’ dan kami pun akhirnya membuka toko SCREAM PARTY. Ia membuka toko ini dengan nama kami dan mengatakan bahwa toko ini adalah milik kami. Sejak saat itu, kami semua menghormatinya. Dan ia pun sering datang ke sini dan menceritakan semua keluh kesahnya kepada kami...”

“Maksudmu semua keluh kesahnya?” Uruha terbelalak tak percaya.

Yuji pun mengangguk pelan, “Benar, tapi entah mengapa ia tidak pernah menceritakan kalau ia bertemu denganmu danm mempunyai teman di sekolah, padahal kemarin ia ke sini juga... Maukah kau memberitahukanku darimana kau mendapatkan nama panggilannya?”

“Aoi sendiri yang memberikannya kepadaku,” jawab Uruha jujur apa adanya.

“Hemm...” Yuji hanya mengangguk pelan. “Dengarkan aku, Uruha. Aoi hanya akan memberikan nama panggilannya kepada orang yang ia percaya, jadi kau sebaiknya jangan sekali – kali mempermainkan perasaannya atau kau akan berurusan dengan kami berlima.“ Ucap Yuji serius.

Uruha hanya menelan ludah saat mendengar perkataan Yuji barusan. Aoi? Percaya padaku!?— batin Uruha.

“Satu lagi, Aoi adalah teman kami. Jadi siapapun yang berteman dengannya adalah teman kami juga. Termasuk kau, kau sekarang adalah bagian dari kami. Kau dapat mengunjungi toko ini kapanpun kau mau, oke?“ ucap Yuji yang mendadak ceria. Dan Uruha pun hanya mengangguk pelan.


***


to be continue...

FANFIC - usual love story, [chapter 5]

Title : usual love story
Author : Kanon Kuroii
Chapter : 5/??
Genre : romance, humor
Pairing : AoixUruha, ToraxAoi (one-sided), more to come
Rating : PG-13
Warning : Manxman, idiot author
Disclaimer : I put them in the dungeon. I DON’T OWN THEM!
Comment : fanfic series pertama^^d

Prologue/Chapter 1/Chapter 2/Chapter 3/Chapter 4




Aoi terbangun dari kasur King Size-nya yang sangat empuk dan nyaman. Ia mengucek matanya dengan malas. Ia masih terlalu lelah gara – gara terlalu asik bermain gitar hingga larut malam. Ia pun menarik tubuhnya agar bangun dari kasur dan berjalan ke arah kamar mandi. Walaupun hari ini adalah hari Minggu, tapi Aoi selalu mandi pagi karena itu sudah menjadi kebiasaannya. Ia menyalakan showernya dan membuka bajunya. Kulit putihnya pun terlihat dengan jelas dari kaca besar yang berada di kamar mandinya. Ia menatap bayangannya di cermin, seorang anak yang tidak pernah tahu apa tujuannya untuk hidup. Seorang anak yang hanya mengikuti segala kemauan orang tuanya. Seorang anak yang bagaikan boneka.

Aoi menghelakan nafas dengan pelan dan segera memalingkan pandangannya dari cermin sambil berjalan ke arah shower. Ia hanya terdiam di bawah guyuran air yang turun seperti hujan deras—atau seperti dirinya yang sedang menangis.

Beberapa menit kemudian akhirnya Aoi memutuskan untuk keluar dari kamar mandi dan segera berpakaian rapi seperti biasanya.

Aoi pun segera turun menuju ruang makan, dimana ia menemukan sudah ada adiknya yang sedang siap untuk sarapan.

“Ohayo, onii-san“ Shiroyama Kanon, adik serta anak paling muda di keluarga Shiroyama. Ia hampir memiliki sifat yang mirip dengan Aoi. Hanya saja Kanon lebih terkekang daripada Aoi karena ia adalah pewaris dari orkestra Shiroyama.

“Ohayo,” Aoi segera duduk di kursi yang berada di depan Kanon. Mereka berdua makan dengan tenang. Tidak ada pembicaraan yang keluar dari mulut mereka.

“Kemana ayah, ibu dan Miyavi?“ akhirnya Aoi memutuskan untuk membuka pembicaraan di antara mereka.

Kanon menatap muka kakaknya dengan tatapan yang sedih, “Ibu sedang ada konser di Kanada dan ayah sedang sibuk mempersiapkan konser tunggal orkestranya yang sebentar lagi akan di pentaskan di Tokyo Dome.“ Aoi hanya mengangguk pelan. Ini adalah hal yang biasa di dalam keluarga Shiroyama. Mereka semua selalu sibuk dengan urusan mereka masing – masing. Ibunya yang selalu mengadakan konser di seluruh penjuru dunia, ayahnya yang selalu berlatih bersama orkestranya. Hanya Miyavi, Aoi dan Kanon dan para pelayan yang selalu berada di rumah—atau itulah yang Aoi pikir— Miyavi, Aoi dan Kanon hanya menemui kedua orang tuanya 5 atau 8 bulan sekali.

“Hmm...“ ia pun hanya bergumam sambil melahap makanannya.

“Sedangkan Miyavi nii-chan masih tertidur di kamarnya,” Kanon menambahkan.

“Ah~ Kami-sama no Hentai* itu memang selalu bangun kesiangan,”

“Onii-chan,” Kanon memanggil Aoi dengan suara pelan.

“Ada apa?”

“Bisakah—bisakah kau mengajariku bermain gitar? Aku tahu ayah dan ibu tidak akan mengizinkanku dan akan memarahiku kalau aku bermain gitar. Tapi aku ingin bisa bermain gitar seperti Onii-san dan Miyavi nii-chan...“ ucap Kanon lesu. Kedua orang tuanya sangat protektif kepada Kanon karena Kanon adalah

***

“Pagi ayah, pagi ibu...“ Uruha menyapa kedua orang tuanya yang sedang sibuk membaca koran dan meminum kopi pagi.

”Ah... Kouyou-chan kau sudah bangun, bagaimana tidurmu?” Nyonya Takashima menyapa anak semata wayangnya yang baru saja memasuki ruang keluarga mereka.

”Hmm, tidur dengan nyaman!” ucap Uruha semangat sambil duduk di sebelah ibunya.

”Syukurlah kalau Kou-chan ke banggaan ibu ini bisa tidur dengan lelap semalam,” Nyonya Takashima mencubit pipi Uruha dengan pelan dan menyisir rambut Uruha dengan tangannya.

“Bu~ aku ini sudah besar, jangan perlakukan aku seperti anak kecil…” Uruha berusaha melepaskan tangan ibunya yang sedang asik menyisir rambutnya.

“Aww… anak ibu ini akan selalu menjadi anak kecil yang imut di mata ibu, iya kan ayah?”

“Betul Kouyou, bagaimana pun dewasanya kamu, kami pasti akan selalu menganggap kalau kau adalah anak kecil kami…” ucap Mr. Takashima sambil menaruh korannya dan meneguk kopi paginya. “Karena kami sayang padamu,”

Uruha segera menghampiri ayahnya dan memeluknya. Memang ia selalu menyadarinya, di antara sahabat 5 Bintangnya yang lain, hanya ia saja yang paling mendapatkan perhatian dari kedua orang tuanya. Tapi ia sangat bangga dengan hal tersebut, karena berarti kedua orang tuanya sangat mencintainya. “I love you Dad,”

Mr. Takashima hanya tertawa kecil mendengar perkataan anak tunggalnya tersebut dan memeluk pundak Uruha. “Katakan padaku, apa yang akan kau lakukan hari ini?”

“Hemm, entahlah. Sepertinya aku hanya akan pergi ke tempat Reita untuk menghabiskan waktu mengerjainya.”

“Haha. Aku turut prihatin kepada Reita karena memiliki sahabat yang sangat jahil sepertimu,” canda Mr. Takashima.

“Ayah~ kau kejam padaku!” Uruha pun memukul pundak ayahnya dengan riang.

***


to be continue...

WHAT HAPPEN ! ?

oh my goaaaaaash~~ what happen sama semua anak personel GazettE!? (Aoi, Ruki, Uruha). kenapa mereka sekarang aneh aneh siiiih!?!?

麗.
Uru Uru Uru... WHAT HAPPEN WITH YOUR BLONDE HAIR!? DX -- oh my gooosh~ gayanya mirip anak anak despa aza~ =..=a udah ditu, APA ITU BULU MATA PALSU WARNA PUTIH!? *shock* ! mao ngalahin aming apah!? uruha rasanya jadi berbeda bangeeeet~







葵.
my hazben~ my hazben. ada apa dengan matamu ituu!? pengen nyaingin reita bukan!? ato pengen ga kalah eksis ama band kuburan!? *geleng geleng pala* tapi ko pake cet siiiih~!?












ルキ.
ckckckkckckck. aneh aneh ajo to ndoooo~ mao jadi apo kao udah besar nanti?? sumpah bingung mao komen apa. XP















KESIMPULAN:: sepertinya daripada mereka semua jadi anak band, keaknya mereka lebih cocok jadi model ye?? =w=a

Rully Arief Fadillah

hem hem heeeeeeeem~
si akari penasaran ama kecengan saya yang namanya RULLY ARIEF FADILLAH.
anak kelas 10 RSBI-2 ini adalah anak dari guru visika di sekolah saya . . *hiii!!!*
ntar jangan bilang pas saya mao ngelamar, ibunya ngemeng gini ::

bu mida : kamu mau ngelamar anak saya? *tatapan datar tanpa ekspresi*
saya : i-iya bu... *menciut, muka tertunduk ke bawah*
bu mida : hmm hmm... *manggut manggut* nilai fisika kamu berapa?
saya : JLEGERRR!! *hancur berkeping keping*

sumpah ga bakal di terima saya kalo mau ngelamar aja yang di tanyain nile fisika . uhuhhuuuuuu~ DX

btw, ini ni anaknya ::
bagaimana menurut anda aka??

HAY HAY KEMBALI !

.
.
.
BABY I'M BAAAAAAACK ! ! <3
huuft .
kancut banget dah ulum yang ini .
K A N C U T .

nile turun drastisssss . . .
fuck !

betek ah ! ! DX

mana tugas bejibun pulak !
haiiizz~
KEMBALIKAN MASA MUDAKUUUUUUUUUUUU ! !




--I'll tell you what distress means--

FANFIC - usual love story, [chapter 4]

Title : usual love story
Author : Kanon Kuroii
Chapter : 4/??
Genre : romance, humor
Pairing : AoixUruha, ToraxAoi (one-sided), more to come
Rating : PG-13
Warning : Manxman, idiot author
Disclaimer : I put them in the dungeon. I DON’T OWN THEM!
Comment : fanfic series pertama^^d

Prologue/Chapter 1/Chapter 2/Chapter 3



KYAAAAAAA!! Uruha-sama! Ada apa dengan mukamu!?” para murid wanita pun menjerit histeris ketika melihat Uruha-sang-pujaan-hati-nya masuk ke dalam ruang musik dengan pipi yang biru dan membengkak.

“Benarkah Saga dari kelas E yang melakukan ini kepadamu!?” tanya salah seorang murid.

“Apa!? Saga yang mempunyai perut yang sangat seksi itu!?” tanya salah seorang murid yang lainnya.

“Beraninya ia melakukan hal yang kejam kepada Uruha-sama seperti ini!” protes murid yang lain.

“Semuanya, tenanglah. Aku hanya mendapatkan suatu pukulan ringan. Ini sudah tidak apa – apa kok. Terima kasih atas perhatiannya...” Uruha hanya tersenyum ramah kepada seluruh murid wanita yang mengelilinginya. Sebenarnya ia tersentuh atas ke khawatiran teman – temannya. Tapi sepertinya sikap mereka berlebihan.

Akhirnya setelah beberapa menit ia meladeni murid wanita tersebut, ia mohon diri dan berjalan ke arah bangku yang biasanya ia duduki. Dan ia menyadari ada sesuatu yang tidak biasa...

Aoi tidak sedang berada di bangkunya. Ia tidak ada di mana – mana. Uruha pun menaruh gitarnya di atas meja dan segera keluar dari kelas tersebut. Ia menelusuri koridor demi koridor, tapi ia tidak menemukan sosok Aoi di manapun. Bahkan ia mencarinya hingga ke gedung kelas E berada.

“Well, lihat apa yang kita lihat di sini... Sang Kouyou-chan sedang berkunjung ke gedung E. Suatu kehormatan bagi kami,“ Saga tiba – tiba muncul dari ujung koridor gedung E. Pipinya juga tidak kalah lebam dengan Uruha.

“Aku sedang mencari seseorang, dan aku sedang tidak ingin membuat masalah.” Bela Uruha.

“Owh, kukira kau tidak punya teman dari kelas E. Ternyata kau cukup mudah bergaul, huh?“ cibir Saga, ia semakin mendekati Uruha. Dan dengan cepat, kerah seragam Uruha pun di tarik oleh Saga dan Uruha di dorong ke dinding. Uruha menahan sakit akibat benturan tembok dengan punggungnya. Ia tidak bisa menunjukkan kelemahannya di depan Saga, atau semuanya bisa makin kacau.

“Saga, ku peringatkan kau agar melepaskanku…” ucap Uruha berusaha tenang.

“Atau apa?” Saga segera mengarahkan tangannya ke arah Uruha. Uruha pun hanya memejamkan matanya. Mempersiapkan diri untuk menerima kepalan tersebut. Tapi tidak ada satu pun yang datang. Uruha pun membuka matanya.

Mata Uruha pun terbelalak, tak percaya apa yang sedang terjadi. Aoi. Berdiri di depannya dan memegang tangan Saga yang akan memukul Uruha.

“—Lepaskan,” Aoi menatap Saga dengan mata tajamnya dan mencengkram tangan Saga dengan kencang. Membuat Saga meringis kesakitan dan melepas genggamannya dari tangan Uruha.

Dengan tanpa bicara lagi, Aoi langsung menarik tangan Uruha dan pergi dari gedung E dengan cepat. Uruha hanya terdiam berjalan di belakang Aoi, mukanya merah padam. Bukannya karena ia kesal, tapi karena tangan Aoi tidak melepaskan genggamannya dari tangannya.

“A—Aoi,” Uruha memanggil Aoi pelan.

Aoi menghiraukannya.

“Aoi...”

Aoi tetap menghiraukannya.

“Yuu,”

“Bisakah kau diam sebentar saja!?” Aoi pun membalikkan badannya dan langsung membentak Uruha. Uruha pun naik pitam dan kesal.

“Ya! Tentu saja aku bisa diam! Hanya saja, bisakah kau melepaskan tanganku dari genggamanmu!? Karena kau memegang tanganku dengan sangat kuat dan sangat sakit!” dengan cepat Uruha langsung menarik tangannya lepas dari genggaman Aoi. Ia menatap Aoi dengan kesal, tapi kemarahannya segera memudar ketika melihat muka Aoi yang menunduk ke bawah dan memerah.

Ya tuhan... ia terlihat sangat lucu kalau sedang memeraaaaah, tunggu! Apa yang ku pikirkan!? - Uruha segera membuyarkan lamunannya tersebut. Tentu saja ia bukan seorang Gay. Aku masih normal! Uruha pun akhirnya menatap Aoi yang sedang memerah dengan bingung.

“M—maafkan aku,“ jawab Aoi gugup dan langsung pergi meninggalkan Uruha yang lagi – lagi terdiam di tengah koridor.


***

Gackt - JESUS [single&PV]

single

01. Jesus
02. Sayonara
03. Jesus (instrumental)
04. Sayonara (instrumental)
>>DOWNLOAD<<
PV
DOWNLOAD


haha. emang aneh tiba - tiba guw minat ama gackt. tapi ni lagu emang enak ! XP
guw juga tauk pasti pada salah kaprah sama judul lagunya.
tapi ini ga ada hubungannya dengan salah satu agama ko^^a
just enjoy the song~

oshietekure MARIAAAAAA!!!

HAY HAY! postingan gak jelas sebelon ulum! XD

gyakakakakakkk... seperti judul yang tertera di atas, postingan kali ini emang SANGAD GAK PENTING!

ni OL terakhir guw sebelon ulum. *OH NOU!*
ni juga nyumput nyumput dah OL-nyaa~ XD *mavkan aku mama!*

jadi begini, waktu hari kamis kemaren... dalam rangka perpisahan kelas,
saya bertugas sebagai potograper akan menunjukan kepada kalian jepretan yang saya poto bersama teman teman sekelas saya...


haha. ini engga semua sih...
cuman pentolan - pentolan kelas XI IPA 1 azaa~ *attention:: yang rambutnya keak dipa changcuters itu saya!* XDD


OKE! POSTINGAN GA PENTING SELANJUTNYA!
suatu hari, saya pernah menceritakan kecengan saya yang sekelas dengan saya kapada Hota.
en dia penasaran orangnya keak apa. akhirnya saya pun mendapatkan fotonya close up!

WARNING:: perlu di ketahui bahwa orang di atas memiliki sifat yang sedikit melambai, lebay en homo^^a




hemmm~
kupikir itu aja dah nyang ga jelas minggu ini... =w=a
okay !
see you next week !

saya akan mempost banyak fenfic saat OL nanti. <3


JYA!




________________________KANON__________________________

ごめなさい !

みんな - さん ごめなさい !! ヾ(。`Д´。)ノ
aaaaargh~
minggu depan uda ulangan umum!
penpik terpaksa HIATUS sejenak!!

oh yes oh NOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOO!!!




fuckfuckfuckfuckfuckfuck.



カ.



P.S guw butuh orang yang pinter bahasa mandarin en visika

Back to Home Back to Top Zealotus. Theme ligneous by pure-essence.net. Bloggerized by Chica Blogger.