Author : Kanon Kuroii
Chapter : 1/??
Genre : romance, humor
Pairing : AoixUruha,ToraxAoi (one-sided)
Rating : PG-13
Warning : Manxman, idiot author, nama asli mereka
Disclaimer :
Comment : fanfic series pertama^^d
Prologue
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDmZcNMoEF9MubvQynKB5EKmNht3aXTntp1zDwVfgEh3t3yNzx_wA07KB7khHU6yNvyBYtlTWWW0xqWIK3fffKUaOB_HbiCGH5fdm7_WWph5tQ5fIFYER1mjBtrtU0msc86pAltx6sEsl2/s320/UruhaAoi.png)
“Terlambat lagi? Takanori-kun?” Ruki menatap muka Mrs. Yume dengan malas. Bangun pagi adalah hal yang paling merepotkan baginya. Berbagai cara ia lakukan agar dapat bangun pagi dan tidak terlambat ke sekolah, tapi sepertinya tidak berhasil. “…Apalagi alasanmu hari ini?”
Ruki tidak mendengarkan perkataan Mrs. Yume dan langsung berjalan kea rah tempat duduknya dengan malas.
“…Jangan kau kira saya tidak akan menghukum anda karena anda adalah anak dari orang terhormat, Takanori-kun. Saya tidak seperti Mr. Michael yang takut akan kehilangan pekerjaannya karena membantak salah satu dari 5 Bintang seperti anda. Saya akan tetap memberikan anda hukuman,” Mrs. Yume melepas kacamatanya dan menatap Ruki dengan sinis. “…Berdiri di depan koridor kelas hingga jam pelajaran saya selesai,”
Ruki membalikan badannya dan berjalan ke luar kelas dengan malas. Matanya menatap Mrs. Yume dengan tajam. Ia memang paling benci dengan Mrs. Yume, karena hanya dia saja yang tidak takut dengan ’status’nya sebagai 5 Bintang. Dan memang sepertinya Mrs. Yume sangat membenci Ruki yang memiliki banyak tindikan di telinganya.
Kai menatap Ruki yang keluar kelas dengan rasa iba. Bagaimanapun juga, kesenian adalah salah satu mata pelajaran yang paling di sukai Ruki. Dan sayangnya dia selalu jarang bisa mengikuti kelas tersebut.
***
“Aww... sepertinya Ruki kita lagi – lagi sedang marah~“ Uruha duduk di sebelah Ruki dan merangkulnya.
“Shut up you slut!“ dengan geram, Ruki melepaskan tangan Uruha yang melingkar di pundaknya.
“Nee~ kau kejam padaku, tapi selalu manja kepada Kai! Curang!“ Kai hanya tersenyum mendengar komentar dari sahabatnya tersebut.
Akhirnya mereka berempat melanjutkan makan siang mereka dengan diam. Tidak ada satupun yang berbicara.
“Nee~“ Uruha menoleh ke arah sahabatnya. “kalian tahu kan kalau kita harus memilih salah satu jurusan alat musik... apa yang akan kalian pilih?“
“Drum,“ jawab Kai mantap.
“Hmm... bass,“ Reita menjawab singkat dan melanjutkan memakan makanannya.
“Vokal,“
“Apa!?“ Reita yang baru saja memakan makanan, sontak langsung tersendak mendengar pengakuan temannya. Begitu pula Uruha dan Kai.
“...Vokal, apa ada yang salah?” Ruki menatap teman – temannya dengan heran.
“Ti—tidak, hanya... waaaw~ apa yang membuatmu ingin mengikuti vokal? Itu pelajaran paling menyebalkan seumur hidupku!“ Uruha menatap setengah tidak percaya kepada sahabatnya tersebut.
“Entahlah, aku hanya ingin mencoba sesuatu yang baru.“ Ruki hanya bergumam heran dan melanjutkan makannya.
***
Uruha menatap depan ruang kelas musik dan memanggul gitarnya dengan malas. Sebenarnya ia tipikal orang yang cepat bosan dengan suatu kegiatan, kecuali gitar. Ia sudah menyukai gitar sejak pertama kali ia bisa memetiknya. Memang sebenarnya ayahnya tidak mengizinkannya mengikuti kelas seni karena menurut ayahnya, seni adalah hal yang tidak berguna dalam kehidupan. Walaupun sepertinya ia selalu tidak pernah mendengarkan semua nasihat dari ayahnya. Dan ia pun membuka pintu kelas tersebut.
“KYAAAA!! URUHA-SAMAAA!” para murid perempuan berteriak gembira ketika melihat Uruha memasuki kelas gitar tersebut. Membuat Uruha kehilangan mood-nya untuk bermain gitar. Ia hanya tersenyum ramah dan segera masuk ke dalam kelas.
“Selamat siang, Kouyou-sama.” Sapa Ms. Watanuki, guru pembimbing pelajaran gitar.
“Selamat siang, sensei. Tapi tolong jangan panggil saya dengan sebutan ‘-sama’. Anggap saja saya adalah murid yang sama seperti yang lain,” Uruha membungkuk hormat kepada gurunya.
“KYAAAA!! Uruha-sama memang baik hatii!!” para murid perempuan lagi – lagi berteriak. Begitu merepotkannya mereka—pikir Uruha.
“Maafkan saya,” Ms. Watanuki pun bersikap normal kepada Uruha. Uruha pun memandang sekeliling kelas untuk mencari tempat yang kosong untuknya. Hanya saja tiba – tiba pandangannya berhenti di bangku paling pojok kelas, dimana terdapat seorang siswa yang sedang sibuk memetik gitar hitamnya dengan tenang, tidak mempedulikan keributan yang di sebabkan oleh para murid wanita.
Uruha pun berjalan ke arah siswa itu, pikirannya tertuju pada petikan melodi pada senar gitar yang di hasilkan oleh siswa tersebut. Alunan yang begitu indah di hasilkan oleh tangan lentik yang menekan senar gitar. Membuat Uruha merasakan kesendirian yang di alami siswa tersebut dan ia pun memejamkan matanya agar dapat meresapi setiap melodi yang di hasilkannya.
“Apa yang kau lakukan?” tiba – tiba petikan gitar tersebut berhenti. Membuat Uruha membuka matanya dengan kaget. Tanpa sadar, ia sudah berdiri di sebelah siswa tersebut.
“A—aku tidak melakukan apa – apa! Sungguh!” Uruha menggelengkan kepalanya dengan panik. Siswa tersebut menatapnya dengan tajam, bola matanya yang hitam pekat dan tindikan di bibirnya membuat Uruha sedikit merasa terpana. “Aku hanya mengagumi permainan gitarmu, bagaimana caramu dapat memainkan melodi se-indah itu?“
“—Bukan urusanmu,“ jawab siswa itu. Tidak memperdulikan Uruha dan kembali bermain dengan gitarnya.
Perlahan, senyum di bibir Uruha menghilang. Ia merasa kesal dengan siswa tersebut. Ia berusaha menunjukkan rasa simpatinya kepada siswa itu, tapi yang di dapat hanya dua kata yang paling ia benci, ‘bukan urusanmu’.
***
“Ada apa Uru? Kau sepertinya terlihat kesal dari tadi?” Reita menatap muka temannya yang duduk di bangku sebelahnya. Mereka sedang berada di dalam kelas.
“...” Uruha hanya menatap Reita dengan memelas, Reita pun menaikan sebelah alisnya dengan bingung. Akhirnya Uruha merobek selembar buku tulisnya dan menuliskan sesuatu di atasnya sebelum memberikan kepada Reita.
Aku benci murid itu!
Reita menatap tulisan itu dengan bingung dan menoleh ke arah meja Uruha.
Siapa?
Reita melemparkan kertasnya kembali kepada Uruha. Uruha membacanya dan menulis lagi.
Si orang-merasa-jago-bermain-gitar.
Memang benar kalau Reita adalah orang yang paling dekat dengan Uruha daripada Kai dan Ruki, tapi Reita tetap saja sering di buat bingung oleh Uruha.
Aku tidak mengerti maksudmu,
Uruha membacanya dan menoleh kepada Reita, ia menggeram kesal ke arah Reita. Reita hanya semakin bingung di buatnya. Akhirnya Uruha menghelakan nafasnya dan kembali menulis, kali ini ia menulis sedikit panjang. Dan akhirnya di berikan kepada Reita.
Aku bertemu dengan seorang anak di kelas gitar tadi, aku melihatnya sedang bermain gitar. Dan saat aku menghampirinya, ia malah memarahiku... Kau tahu! Ia berkata ‘BUKAN URUSANMU!’ kau tahu kan kalau aku paling benci dengan kata tersebut! Uuugh... Gara – gara ia berkata seperti itu, aku jadi kesal padanya! DX
Reeeei~ bantu akuuu...
Reita akhirnya mengerti alasan kenapa sahabatnya sejak kecil ini terlihat begitu kesal setelah kelas gitarnya berakhir.
A/N :: awww~ Uruha di buat kesall.. dan apakah yang terjadi selanjutnya ? siapakah siswa yang merusak mood Uruha?? saksikan chapter selanjutnya! XD
Ruki tidak mendengarkan perkataan Mrs. Yume dan langsung berjalan kea rah tempat duduknya dengan malas.
“…Jangan kau kira saya tidak akan menghukum anda karena anda adalah anak dari orang terhormat, Takanori-kun. Saya tidak seperti Mr. Michael yang takut akan kehilangan pekerjaannya karena membantak salah satu dari 5 Bintang seperti anda. Saya akan tetap memberikan anda hukuman,” Mrs. Yume melepas kacamatanya dan menatap Ruki dengan sinis. “…Berdiri di depan koridor kelas hingga jam pelajaran saya selesai,”
Ruki membalikan badannya dan berjalan ke luar kelas dengan malas. Matanya menatap Mrs. Yume dengan tajam. Ia memang paling benci dengan Mrs. Yume, karena hanya dia saja yang tidak takut dengan ’status’nya sebagai 5 Bintang. Dan memang sepertinya Mrs. Yume sangat membenci Ruki yang memiliki banyak tindikan di telinganya.
Kai menatap Ruki yang keluar kelas dengan rasa iba. Bagaimanapun juga, kesenian adalah salah satu mata pelajaran yang paling di sukai Ruki. Dan sayangnya dia selalu jarang bisa mengikuti kelas tersebut.
***
“Aww... sepertinya Ruki kita lagi – lagi sedang marah~“ Uruha duduk di sebelah Ruki dan merangkulnya.
“Shut up you slut!“ dengan geram, Ruki melepaskan tangan Uruha yang melingkar di pundaknya.
“Nee~ kau kejam padaku, tapi selalu manja kepada Kai! Curang!“ Kai hanya tersenyum mendengar komentar dari sahabatnya tersebut.
Akhirnya mereka berempat melanjutkan makan siang mereka dengan diam. Tidak ada satupun yang berbicara.
“Nee~“ Uruha menoleh ke arah sahabatnya. “kalian tahu kan kalau kita harus memilih salah satu jurusan alat musik... apa yang akan kalian pilih?“
“Drum,“ jawab Kai mantap.
“Hmm... bass,“ Reita menjawab singkat dan melanjutkan memakan makanannya.
“Vokal,“
“Apa!?“ Reita yang baru saja memakan makanan, sontak langsung tersendak mendengar pengakuan temannya. Begitu pula Uruha dan Kai.
“...Vokal, apa ada yang salah?” Ruki menatap teman – temannya dengan heran.
“Ti—tidak, hanya... waaaw~ apa yang membuatmu ingin mengikuti vokal? Itu pelajaran paling menyebalkan seumur hidupku!“ Uruha menatap setengah tidak percaya kepada sahabatnya tersebut.
“Entahlah, aku hanya ingin mencoba sesuatu yang baru.“ Ruki hanya bergumam heran dan melanjutkan makannya.
***
Uruha menatap depan ruang kelas musik dan memanggul gitarnya dengan malas. Sebenarnya ia tipikal orang yang cepat bosan dengan suatu kegiatan, kecuali gitar. Ia sudah menyukai gitar sejak pertama kali ia bisa memetiknya. Memang sebenarnya ayahnya tidak mengizinkannya mengikuti kelas seni karena menurut ayahnya, seni adalah hal yang tidak berguna dalam kehidupan. Walaupun sepertinya ia selalu tidak pernah mendengarkan semua nasihat dari ayahnya. Dan ia pun membuka pintu kelas tersebut.
“KYAAAA!! URUHA-SAMAAA!” para murid perempuan berteriak gembira ketika melihat Uruha memasuki kelas gitar tersebut. Membuat Uruha kehilangan mood-nya untuk bermain gitar. Ia hanya tersenyum ramah dan segera masuk ke dalam kelas.
“Selamat siang, Kouyou-sama.” Sapa Ms. Watanuki, guru pembimbing pelajaran gitar.
“Selamat siang, sensei. Tapi tolong jangan panggil saya dengan sebutan ‘-sama’. Anggap saja saya adalah murid yang sama seperti yang lain,” Uruha membungkuk hormat kepada gurunya.
“KYAAAA!! Uruha-sama memang baik hatii!!” para murid perempuan lagi – lagi berteriak. Begitu merepotkannya mereka—pikir Uruha.
“Maafkan saya,” Ms. Watanuki pun bersikap normal kepada Uruha. Uruha pun memandang sekeliling kelas untuk mencari tempat yang kosong untuknya. Hanya saja tiba – tiba pandangannya berhenti di bangku paling pojok kelas, dimana terdapat seorang siswa yang sedang sibuk memetik gitar hitamnya dengan tenang, tidak mempedulikan keributan yang di sebabkan oleh para murid wanita.
Uruha pun berjalan ke arah siswa itu, pikirannya tertuju pada petikan melodi pada senar gitar yang di hasilkan oleh siswa tersebut. Alunan yang begitu indah di hasilkan oleh tangan lentik yang menekan senar gitar. Membuat Uruha merasakan kesendirian yang di alami siswa tersebut dan ia pun memejamkan matanya agar dapat meresapi setiap melodi yang di hasilkannya.
“Apa yang kau lakukan?” tiba – tiba petikan gitar tersebut berhenti. Membuat Uruha membuka matanya dengan kaget. Tanpa sadar, ia sudah berdiri di sebelah siswa tersebut.
“A—aku tidak melakukan apa – apa! Sungguh!” Uruha menggelengkan kepalanya dengan panik. Siswa tersebut menatapnya dengan tajam, bola matanya yang hitam pekat dan tindikan di bibirnya membuat Uruha sedikit merasa terpana. “Aku hanya mengagumi permainan gitarmu, bagaimana caramu dapat memainkan melodi se-indah itu?“
“—Bukan urusanmu,“ jawab siswa itu. Tidak memperdulikan Uruha dan kembali bermain dengan gitarnya.
Perlahan, senyum di bibir Uruha menghilang. Ia merasa kesal dengan siswa tersebut. Ia berusaha menunjukkan rasa simpatinya kepada siswa itu, tapi yang di dapat hanya dua kata yang paling ia benci, ‘bukan urusanmu’.
***
“Ada apa Uru? Kau sepertinya terlihat kesal dari tadi?” Reita menatap muka temannya yang duduk di bangku sebelahnya. Mereka sedang berada di dalam kelas.
“...” Uruha hanya menatap Reita dengan memelas, Reita pun menaikan sebelah alisnya dengan bingung. Akhirnya Uruha merobek selembar buku tulisnya dan menuliskan sesuatu di atasnya sebelum memberikan kepada Reita.
Aku benci murid itu!
Reita menatap tulisan itu dengan bingung dan menoleh ke arah meja Uruha.
Siapa?
Reita melemparkan kertasnya kembali kepada Uruha. Uruha membacanya dan menulis lagi.
Si orang-merasa-jago-bermain-gitar.
Memang benar kalau Reita adalah orang yang paling dekat dengan Uruha daripada Kai dan Ruki, tapi Reita tetap saja sering di buat bingung oleh Uruha.
Aku tidak mengerti maksudmu,
Uruha membacanya dan menoleh kepada Reita, ia menggeram kesal ke arah Reita. Reita hanya semakin bingung di buatnya. Akhirnya Uruha menghelakan nafasnya dan kembali menulis, kali ini ia menulis sedikit panjang. Dan akhirnya di berikan kepada Reita.
Aku bertemu dengan seorang anak di kelas gitar tadi, aku melihatnya sedang bermain gitar. Dan saat aku menghampirinya, ia malah memarahiku... Kau tahu! Ia berkata ‘BUKAN URUSANMU!’ kau tahu kan kalau aku paling benci dengan kata tersebut! Uuugh... Gara – gara ia berkata seperti itu, aku jadi kesal padanya! DX
Reeeei~ bantu akuuu...
Reita akhirnya mengerti alasan kenapa sahabatnya sejak kecil ini terlihat begitu kesal setelah kelas gitarnya berakhir.
A/N :: awww~ Uruha di buat kesall.. dan apakah yang terjadi selanjutnya ? siapakah siswa yang merusak mood Uruha?? saksikan chapter selanjutnya! XD
2 komentar:
teruskanlah, teruskanlah. hehehe,
good boy, asal jgn buat ruki YAOI sama reitaa!!! Dx
wkwwkwkwk, tenang azaaa~ ruki ga bakal yaoi ama rei^^v
Leave a Comment