si Dhia melacur ni! (w_-;

minna-san, ラブラブ

GOMEN BELOM BISA MELANJUTKAN USUAL LOVE STORY!! (ノ◇≦。)
huft. minggu ini begitu banyak hal yang terjadi::






  • akhirnya setelah libur 2 hari, kegiatan sekolah menyekolah kembali lagi. I'm fuckin 12th grade now! 叫び *scream* -- tapi, ngambil sisi positifnya aja... itu berarti kan langkah guw menuju kedewasaan udah makin terbuka kan? *bahasanyaaa~*


by the way, guw masup kelas 12ipa1 (lagi!), LOL. クラッカー di kelas ntu guw
ketemu lagi ama si Wina en Nia *damn, rangking 1 ama 2 nya kelas 11 guw ni!* ..
ya~ guw sih bersyukur aja... wong mereka juga temen maen guw! XD


tapi yang bikin deg degan ni yee~ GUW SEKELAS LAGE AMA BATITO
BOOOOK!! ラブラブ!ラブラブ! seneng banget gilak!
*speechless*


udah gitu, di depan kelas yang guw pake adalah kelas 11ipa1 yang
merupakan KELASNYA RULLY!!! WANJEEEEEEEEEEENGGG!! XDDD mantep mampus ni posisi
kelas guw! 2 kecengan dapet di liat secara bersamaan!! XDD nyappy~







  • tapi sayangnya sekarang guw lagi sakit nui~ ガーン semuanya gara - gara SYAHARA en OM SBY!! むかっ dari hari rabu kemaren guw kena penyakit GONDONGAN dengan sukses! *thanks banjet ra!* kalo ada yang nanya enak apa ngga? jawabannya
NGGAK! gilak lo! bagian pipi bawah guw bengkak sebengkak bengkaknye! serasa nyimpen pisang apel di dalem mulut! kalo ngaca juga rasanya muka guw keak abis di tabok bolak - balik pake gada besi. mangkanya sekarang guw gi putus hubungan ama kaca nui! ToT



mangkanya udah 3 hari (dari hari kamis) guw ga masup sekola. di
layani nyokap bagaikan permaisuri.王冠1 dan
keaknya guw baru masup kamis besok. GUW LIBUR LAGE SELAMA SEMINGGU DOOOONG!!
*yes! yes! yes!*




  • oh iya, bagi kalian yang baca ni postingan... ada temen kita ni, namanya Hotaru Miyawaki. dia lagi ikutan lomba blog ama sekolahnya... jadi ayo kita berikan dukungan dengan mengiriman komen dan shoutmix di blognya http://pudy-sma1kudus.blogspot.com/ ok ok ?


sumpah baenya daku hoot~ X3







keaknya udah ah itu ajah! kesian juja baca lama - lama^^


sankyuuカエル


salam manis dari::
Kanon&Buaya-chan^^v

the GazettE - DIM [album]


1. 「剥離」
2. THE INVISIBLE WALL
3. A MOTH UNDER THE SKIN
4. LEECH
5. 泣ヶ原
6. 「エ リ カ」
7. HEADACHE MAN
8. 紅蓮
9. 「子宮」
10. 13STAIRS[-]1
11. DISTRESS AND COMA
12. 「感触」
13. 白き優鬱
14. IN THE MIDDLE OF CHAOS
15. 「朦朧」
16. OGRE
17. DIM SCENE

+DOWNLOAD+
*KYAAAA!! akhirnya ada juga ni album! setelah menanti selama 5 bulan! XD -- hem . . . secara keseluruhan sih lagunya bagus, tapi banyak yang instrumental. =w=a
guw sendiri suka yang 白き優鬱. bagus euy! XD

FANFIC - usual love story, [chapter 12]

Title : usual love story
Author : Kanon Kuroii
Chapter : 12/??
Genre : romance, humor
Pairing : AoixUruha, ToraxAoi (one-sided)
Rating : PG-13
Warning : Manxman, idiot author
Disclaimer : I put them in the dungeon. I DON’T OWN THEM!
Comment : fanfic series pertama^^d




CHAPTER 12

Aoi berjalan keluar dari toko SCREAM PARTY. Seperti biasa, Takeru memanggilnya—atau memaksanya—untuk main ke toko karena hari itu Takeru sedang jaga toko sendirian. Sehingga ia pun meminta Aoi untuk menemaninya.

Saat Aoi akan membuka mobilnya, tiba – tiba ia di tarik oleh seseorang ke dalam gang sempit yang tidak jauh dari toko milik Takeru. Badannya di banting ke tembok dengan kasar, membuatnya merintih kesakitan. Lima orang yang tidak di kenalnya telah berdiri di depannya, salah satu di antara mereka ada yang membawa potongan besi.

“Berikan uangmu,“ ucap salah seorang dari mereka.

“Aku menolak“ jawab Aoi datar.

“Hump,” orang itu tersenyum sinis mendengar jawaban Aoi. Ia pun memberikan aba – aba kepada teman – temannya untuk menghajar Aoi.

Dalam hitungan detik, perkelahian pun terjadi. Kerah baju Aoi di tarik dan ia pun di banting ke tanah. Aoi pun segera bangkit dan berusaha melawan mereka, walaupun ia tidak begitu jago dalam urusan berkelahi. Baku hantam pun terjadi, Aoi berhasil merubuhkan salah satu dari mereka. Tapi tanpa ia sadari, salah seorang dari mereka memukul Aoi dengan besi tepat di kepalanya, Aoi pun berteriak kesakitan dan terjatuh ke lantai. Orang – orang itu pun mulai menendangi seluruh badan Aoi dengan keras, membuatnya hanya bisa merintih kesakitan dan berusaha untuk melindungi mukanya agar tidak terjadi luka serius.

Aoi merasakan ada seseorang di antara mereka yang mengambil dompet di kantongnya. Ia berusaha melawan tapi usahanya sia – sia, karena yang lainnya tetap menendanginya.

“Hey, lihat ini! Anak ini orang kaya!” teriak orang yang mengambil dompet Aoi dengan gembira. “Lihat di kantongnya yang lain! Siapa tahu masih ada yang lain!” perintahnya.

Teman – temannya pun mulai meronggoh kantong celana Aoi. Aoi hanya bisa menatap mereka, karena seluruh badannya seperti telah terpisah satu sama lain, ia bahkan tidak dapat merasakan tangannya.

Tapi tiba – tiba saja salah satu deri mereka terjatuh di sebelah Aoi, Aoi pun berusaha melihat ke atas dan melihat para orang – orang itu telah di hajar oleh seseorang.


Dan semuanya menjadi gelap.

***

Keadaan St. Angelo damai seperti biasanya, siswa siswi sekolah tersebut keluar dari kelas masing – masing karena bel pulang telah berbunyi. Dan seperti biasa Uruha dan Reita menunggu Kai dan Ruki di depan kelas mereka.

“Hai Kai! Hai Ruki!” Uruha menyapa teman – temannya dengan semangat seperti biasa.

“Hai Uru~” Ruki berlari ke arah Uruha dan memeluk Uruha dengan kencang. “Aku tahu kalau kau memang sayang aku, soalnya kamu selalu setia menungguku setiap pulang sekolah... sayang kamu deh pokoknya!” ledek Ruki sambil memeluk Uruha dengan kencang.

“R—Ruki... tidak... bernafas...” Uruha menjulurkan tangannya ke arah Reita seolah meminta pertolongan.

Reita pun hanya tersenyum melihat tingkah temannya dan berjalan mendekatinya. Dengan ringannya, ia menarik Ruki dari Uruha dan mengangkatnya di bahunya. Seolah – olah Ruki adalah karung beras.

“AAAAARGH! Aku di culik oleh ogre!“ teriak Ruki dengan panik. “Prince Kai! Save meeeee!“ Ruki berusaha meraih tangan Kai yang berada di belakangnya, tapi tidak berhasil.

Kai dan Uruha pun hanya tertawa melihat tingkah Ruki yang selalu paling kekanak – kanakan. Di antara mereka berempat, Rukilah yang paling muda dan selalu membuat lelucon – lelucon lucu atau melakukan hal – hal aneh untuk mencairkan suasana. Walau kadang – kadang memalukan, tapi mereka semua sangat menyayanginya.

“Ayo pulang Uru,“ ucap Kai.

“Chotto!“ Uruha menarik lengan seragam Kai. “Aku tidak melihat Aoi,” tanyanya heran.

“Ah, Aoi tidak masuk hari ini...” jelas Kai.

“Apa!? Kenapa!? Ada apa dengannya!?” Uruha kaget mendengar penjelasan Kai barusan.

“Aku tidak tahu, tapi yang jelas Aoi tidak masuk.” Ucap Kai sambir berjalan menyusul Reita dan Ruki, sedangkan Uruha hanya terdiam di tempat.

Aoi, apa yang terjadi!? Kenapa kau tidak masuk?— batin Uruha.

“Uru?” Kai menoleh ke arah Uruha yang masih berdiri tegak di tempatnya, tidak melangkah sedikitpun. “Ada apa?”

“E—engga ada, bukan apa – apa” ucap Uruha sambil menyusul Kai.

***

Aoi membuka matanya perlahan, berusaha menahan rasa sakit di matanya akibat perkelahian kemarin. Bahkan ia merasa kalau seluruh badannya sakit bukan main, tangannya pun tidak bisa di gerakkan. Ia tidak ingat kejadian setelah itu, yang ia tahu bahwa ada seseorang yang menolongnya dan semuanya menjadi gelap.

Aoi memandang sekeliling dan menyadari kalau ini bukan kamarnya. Dinding kamarnya berwarna putih, bukan abu – abu. Dan tidak ada berbagai macam poster di dindingnya karena selalu di rusak oleh ayahnya kalau melihat ada poster di dinding kamarnya, tapi ruangan ini penuh dengan poster. Aoi melihat ke meja di samping tempat tidur, ia melihat foto seorang anak kecil dan seorang wanita yang sepertinya adalah ibu dari anak itu. Mereka berdua tampak begitu gembira dan saling memeluk satu sama lain.

Pintu kamar itu terbuka dan Aoi segera melihat ke arah pintu tersebut, ingin mengetahui siapa yang telah menyelamatkannya. Matanya terbelalak ketika mengetahui siapa yang telah menyelamatkannya.

“Tora...“

Tora yang sedang menutup pintu langsung menoleh ke arah Aoi yang terbaring lemah di kasurnya.

“Kau sudah sadar...“ ucapnya sambil tersenyum kecil sambil berjalan ke arah Aoi. Aoi melihat Tora membawa makanan dan minuman, lalu di taruh di meja kecil sebelah kasurnya dan ia pun duduk di kasurnya, menghadap Aoi. “Kenapa kau bisa dipukuli oleh mereka?“

Aoi tidak menjawab pertanyaan Tora, ingatannya tentang kejadian kemarin malam teringat kembali di pikirannya, mereka hanya memukuli dirinya karena ia tidak mau menyerahkan uang kepada mereka. Tapi ia tidak menyangka kalau Tora lah yang menyelamatkannya dari serangan preman itu. Ia pun hanya mengangguk pelan.

“Aku membawamu ke rumahku, karena aku tidak tahu dimana rumahmu berada...“ ucap Tora sambil mengusap bagian belakang lehernya.

“—Tidak apa – apa, terima kasih atas bantuanmu, Tora.“ Aoi pun bangun dari tempat tidur Tora, tapi sepertinya badannya tidak mau menuruti perintahnya. Dalam sekejap ia sudah terjatuh lagi, tapi sebelum badannya menyentuh tanah, tangan Tora telah mendekap Aoi erat sehingga Aoi tidak terjatuh.

“T—Tora...” Aoi berusaha melepaskan diri dari Tora, tapi, kedua tangan Tora malah semakin mempererat dekapannya di pinggang Aoi, membuat Aoi tidak bisa bergerak dari posisinya. “Apa yang—“

“Aoi...” Tora menyebut nama Aoi dan membenamkan mukanya di leher Aoi, membuat Aoi terdiam. “Tidak kah kau tahu bagaimana reaksiku ketika melihatmu sedang terkapar di gang itu? Dengan seluruh badanmu penuh memar dan mulutmu yang mengeluarkan darah?” Tora bercerita panjang lebar, suaranya bergetar seperti ketakutan. Genggamannya di pinggang Aoi semakin kencang. Dan ia pun menghelakan nafasnya dengan berat. “Aku belum pernah merasakan ketakutan yang seperti ini semenjak kematian ibuku,“

Tora pun melepaskan genggamannya dan menatap Aoi yang hanya terdiam. Dengan lembut, Tora memegang pipi Aoi dengan kedua tangannya, Aoi menatap Tora dengan tatapan bingung, lelah dan prihatin. Namun tiba – tiba pikiran Aoi terbuyar ketika Tora mendekatkan kepalanya dan menyatukan bibir Aoi dengan bibirnya.

Aoi terkejut saat membiarkan Tora menciumnya lagi, tapi kali ini Tora tidak menciumnya dengan kasar. Ciuman itu penuh dengan kelembutan dan perasaan yang selama ini telah di pendam oleh Tora terhadap dirinya. Semua ini salah!—pikir Aoi. Tapi di sisi lainnya, kali ini ia merasa nyaman dan aman ketika Tora menciumnya. Belum ada seorang pun yang pernah memberikan perhatian lebih terhadap dirinya, bahkan orang tuanya sendiri. Ia tidak ingin sendiri lagi, ia tidak ingin di asingkan dari dunia ini, ia membutuhkan kasih sayang. Dan ia yakin saat ini Tora telah memberikan kepadanya. Ia pun membalas ciuman yang Tora berikan.

Tora terkejut saat merasakan Aoi membalas ciumannya, tapi saat ia merasakan sepasang tangan yang melingkar di lehernya, ia pun kembali mencium Aoi.

Aoi merasakan lidah Tora sedang menjilat bibirnya, ia pun memberikan apa yang Tora inginkan tanpa protes. Ia mendesah pelan dan membuka mulutnya, mengizinkan lidah Tora untuk menyelusuri mulutnya. Tora pun dengan gembira langsung menjelajahi mulut Aoi. Aoi merasakan tangan Tora berada di lehernya dan tangannya yang lain melingkar di pinggangnya, membuat badannya menempel dengan Tora.

Aoi merasa hal yang sedang ia lakukan dengan Tora adalah hal yang benar. Ia belum pernah merasakan perasaan yang sangat aman dan nyaman seperti ini. Sehingga ia tidak ingin melepaskannya dan kembali ke dalam kesendirian yang selama ini selalu menyelimutinya. Tapi saat Tora mengadukan lidahnya dengan lidah Aoi, mengapa yang berada di dalam pikirannya adalah Uruha?

FANFIC - usual love story, [chapter 11]

Title : usual love story
Author : Kanon Kuroii
Chapter : 11/??
Genre : romance, humor
Pairing : AoixUruha, ToraxAoi (one-sided)
Rating : PG-13
Warning : Manxman, idiot author
Disclaimer : I put them in the dungeon. I DON’T OWN THEM!
Comment : sorry baru pooost! >.< tapi sekarang langsung 2 chap looh~ X3





chapter 11

Uruha memarkirkan mobilnya di ujung taman dan berjalan menuju toko SCREAM PARTY, dimana teman – teman barunya berada.

“IRASHAI MA— oooh~ Uru-chaaan~” sapa Takeru gembira saat melihat Uruha yang masuk ke dalam toko mereka. Uruha pun hanya membalas Takeru dengan senyumannya. Sebenarnya kedatangan Uruha kemari untuk mencari Aoi. Tapi Aoi tidak terlihat di mana – mana.

“Ada apa kau kemari?” Takeru pun menuntun Uruha untuk duduk di sofa belakang meja kasir—dimana tempat Aoi sering duduk—

“Aku hanya mencari Aoi.” Jawab Uruha jujur. “Aku ingin bertanya ada apa dengan bibirnya yang robek,” Uruha menunjukkan wajah khawatir.

“Ooh~ masalah itu...” jawab Takeru dengan tenang.

“Kau tahu!?” Uruha menatap Takeru dengan tidak percaya.

“Of course!” Takeru menepuk – nepuk dadanya dengan bangga. “Aou kan selalu menceritakan segalanya padaku!”

“Lalu?”

***

Aoi memasuki toko SCREAM PARTY. Gitar hitamnya seperti biasa bertengger manis di punggungnya. Ia mendapatkan massage dari Takeru tadi siang, bahwa ia harus menemuinya di SCREAM PARTY karena Takeru rindu padanya. Aoi tidak dapat menolak permintaan Takeru karena Takeru adalah temannya yang berharga. Yang membuatnya merasakan kehangatan seorang ibu yang senang memeluk anaknya. Walaupun Takeru bukanlah seorang wanita.

“Aoi!“ Masato berlari ke arah Aoi dan memeluknya. “Irashai...“

“M—masato...“ Aoi berusaha melepaskan pelukan Masato dari tubuhnya. “Kau bersikap seperti Takeru saja... lepaskan aku!“

“Hehe. Gomen, gomen.“ Masato pun melepaskan pelukannya. “Oh! Kau tahu kalau Uruha ada di sini kan?“

“Apa!?“ Aoi menatap Masato dengan kaget. Masato pun hanya mengangguk pelan.

Akhirnya Aoi pun berjalan masuk ke dalam toko itu dan menemukan Uruha yang sedang bercanda dengan Takeru. Uruha tertawa dengan lepas. Baru pertama kali ini ia melihat muka Uruha yang begitu ceria dan bahagia, ia pun merasakan ada yang aneh di dalam dadanya.

“Ooh! AOUUUUUUUU!!” Takeru menyadari kedatangan Aoi dan segera beranjak dari sofa dan memeluk Aoi. Kecupan manis di pipi pun mendarat dengan mulus di pipi Aoi. Uruha hanya melihat mereka dari sofa. Walaupun dalam hatinya ia merasa iri pada Takeru karena bisa bersikap begitu santai dengan Aoi. Begitu pula dengan Aoi kepada Takeru.

“Takeru!“ Aoi berusaha melepaskan lengan Takeru yang melingkar di lengannya. Takeru pun dengan cepat langsung memukul kepala Aoi dengan tangannya. Membuat Aoi berteriak kesakitan.

“—Bukan Takeru. Tapi Mommy...“ ucapnya dengan dingin. Bibir tipisnya cemberut dengan cepat.

“Maaf, Mommy…” jawab Aoi pasrah. Takeru pun hanya tersenyum lebar.

Tiba – tiba pintu toko terbuka dan pelanggan pun masuk ke dalam. “Takeru! Pelanggan!” teriak Yuji dari depan toko.

“YAA!” Takeru pun membalasnya dan berjalan ke arah depan toko. Meninggalkan Aoi dan Uruha sendirian.

Dengan santai, Aoi pun duduk di sebelah Uruha. Uruha pun membenarkan posisi duduknya dan menundukkan kepalanya ke bawah.

“A—Aoi,” Uruha memanggil Aoi dengan suara yang sangat pelan, hampir tidak terdengar. Tapi Aoi mendengarnya dan menatap Uruha.

“Aku sudah mendengar cerita dari Takeru tentang luka di... bibirmu,” Uruha menggigit bibir bawahnya. Tidak begitu yakin apakah ia akan melanjutkan ceritanya. Ia sangat takut membuat Aoi marah. “Aku turut prihatin,”

Aoi hanya tertawa dengan pelan, senyumannya tawar. “Tidak ada yang perlu kau kasihani,”

Uruha pun mengangguk pelan dan menatap baju – baju yang di pajang di etalase toko. Semuanya begitu warna – warni.

“Kau tahu Aoi, aku merasa iri melihat sikap Takeru dan yang lain terhadapmu.” Uruha tersenyum kecil. Aoi hanya menatap lantai di depannya, mendengarkan apa yang di katakan Uruha. “—Mereka begitu dekat denganmu, kau terlihat bahagia saat bersama mereka. Kau bisa tertawa bersama mereka, berbeda saat bersamaku. Kau tidak pernah menunjukkan ekspresi kepadaku. Kau menceritakan semua masalahmu kepada mereka, tapi kau tidak pernah menceritakannya kepadaku. Kadang aku berpikir, apakah kau menganggapku sebagai teman?” Uruha memberanikan dirinya untuk menatap Aoi. Aoi pun menatapnya, ia menggigit tindikan di bibirnya dan raut mukanya seperti sedang menimbang – nimbang sesuatu. Uruha pun mengembalikan pandangannya ke arah lantai ketika ia merasakan bahunya yang tiba – tiba saja berat.

Uruha memalingkan kepalanya kembali dan menemukan Aoi telah bersandar ke bahunya. Mata hitamnya tertutup dengan rapat. Uruha hanya terdiam di tempat, tidak tahu harus bersikap seperti apa. Ia merasakan mukanya mulai memerah dengan perlahan. Haruskah dia memeluk pundak Aoi dan mendekapnya?

“A—Aoi,” Uruha berusaha menjauhkan dirinya dari Aoi, namun tangan Aoi dengan cepat langsung menarik tangan Uruha agar Uruha tidak pergi.

“Sebentar... biarkan seperti ini sebentar,” ucapnya pelan. Uruha pun hanya mengangguk pelan. Sejujurnya, ia menikmati saat saat seperti ini bersama Aoi.

Uruha menatap Aoi dengan seksama dan menemukan ada tanda merah di leher sebelah kirinya. “Aoi, mengapa ada tanda merah pada lehermu?“ tanyanya polos.

Dalam sekejap mata Aoi langsung terbelalak dan melepaskan senderannya dari pundak Uruha. Tora! – pikiran Aoi langsung tertuju pada orang yang sudah pasti memberikan tanda ini kepadanya tadi siang. “...Bukan apa – apa,“ jawabnya gugup sambil menutupi tanda tersebut dengan tangannya.

Benar, ini bukan apa – apa.

***

Miyavi bersandar di pinggir kolam renang pribadi di rumahnya. Secangkir sake dengan manis bertengger di tangan kanannya. Seperti biasa ia hanya menghabiskan waktunya dengan bermalas – malasan atau bermain gitar. Ia melihat Aoi keluar dari dalam rumah dan berjalan ke arahnya.

“Selamat siang adikku tercinta, ada yang bisa ku bantu?“ ucapnya sambil menoleh ke arah Aoi yang duduk di kursi santai di dekat kolam renang.

Aoi menatap kakaknya yang sedang bersantai di kolam renang, memang Miyavi adalah kakaknya, tapi ia tidak begitu dekat dengan Miyavi. Karena Miyavi adalah orang yang sangat berbeda dengan dirinya. Ia memiliki sifat yang mudah bergaul dan memiliki banyak teman. Sangat berbeda dengan dirinya. Ia pun menghelakan nafasnya dengan pelan. “Aku ingin bicara denganmu, bisa?“

Miyavi tersenyum kecil mendengar tawaran adiknya itu dan keluar dari kolam renang. Ia pun duduk di kursi sebelah Aoi yang kosong. “Apa saja untuk adikku tercinta! Ayo, ceritalah...“

Aoi menggigit bibir bawahnya, terlalu bingung untuk mulai cerita ini dari mana. Akhirnya ia pun menarik nafas dalam – dalam. “—Kau tahu kalau aku anak yang anti sosial kan?“ Miyavi hanya mengangguk mendengar pernyataan adiknya barusan. “Emm... ada seorang anak dari sekolahku yang ingin berteman denganku. Aku menolaknya dan ia terus memaksaku, dan aku mengatakan ia. Sejujurnya aku merasa senang karena akhirnya memiliki teman, ia sangat baik dan perhatian padaku. Dia bahkan marah saat melihat lukaku yang di pukul oleh ayah. Tapi...”

Miyavi tersenyum melihat tingkah adiknya yang seperti orang kelabakan. Ia belum pernah melihat adiknya seperti ini sebelumnya. ”—Kau mencintainya...” ucapnya singkat.

“APA!?” Aoi hampir saja menggigit lidahnya sendiri saat mendengar penjelasan Miyavi yang singkat itu. Tidak mungkin dia suka Uruha karena mereka sudah pasti sama – sama laki – laki. Dan dia bukan gay. Jadi hal itu tidak mungkin terjadi. Tidak mungkin!

“Bagaimana kau bisa berpikiran seperti itu?” tanya Aoi dengan muka yang penuh dengan rasa penasaran.

Miyavi hanya tertawa kecil. “Pipimu yang memerah itulah yang menunjukkan segalanya,” dengan iseng, Miyavi mencubi pipi Aoi dan mendapatkan pukulan yang lumayan kencang di bahunya dari Aoi. Aoi pun menggerutu kesal. Ia tidak percaya pipinya memerah saat ia memikirkan Uruha.

“Tapi...” Aoi menundukkan kepalanya. “—Dia laki – laki,” ucapnya dengan sangat pelan, bahkan hanya seperti berbisik.

Miyavi yang sedang meminum jusnya dengan sepontan langsung tersedak mendengar pernyataan Aoi barusan. “Apa?“ ia mendekatkan kupingnya ke Aoi agar ia dapat mendengarkan dengan jelas.

“Dia laki – laki, bodoh!“ ucap Aoi kesal dan ia pun berteriak di telinga Miyavi. Sepontan, Miyavi langsung menjauhkan kupingnya dari Aoi dan menutupnya dengan tangannya. Tapi tiba – tiba Miyavi tertawa terbahak – bahak. Aoi yang sedang malu pun melihatnya dengan tatapan heran.

“Selamat datang di duniaku, adikku...“ ucap Miyavi riang sambil menepuk pundak Aoi pelan dan kembali masuk ke dalam kolam renang.

***

Uruha menaruh badannya di atas kasurnya yang empuk. Ia pun mengambil bantal bebek kesayangannya dan membenamkan mukanya di bantal itu. Semenjak ia berkenalan dengan Aoi, banyak hal yang telah terjadi. Ia merasa dunia Aoi sangat berbeda dengannya. Dunianya adalah dunia yang selalu di penuhi dengan cinta dan kasih sayang. Ia memiliki orang tua yang sayang padanya dan teman – teman yang peduli padanya seperti keluarga sendiri. Sedangkan Aoi adalah anak yang kurang kasih sayang orang tua. Ia merasakan hal itu saat melihat Aoi sedang di peluk oleh Takeru. Walaupun Aoi selalu berusaha melepaskan Takeru dari tubuhnya, tapi ia melihat ekspresi Aoi yang senang karena ada yang memperlakukannya dengan begitu perhatian.
Bahkan ia sangat cemburu dengan Takeru yang sangat dekat dengan Aoi. Walaupun ia telah mengungkapkan perasaannya kepada Aoi, dan Aoi telah berjanji akan bersikap lebih ramah kepada Uruha, tapi Uruha tetap merasa cemburu dengan Takeru. Padahal Aoi dan Takeru hanya bersahabat. Tapi mengapa ia merasa cemburu saat melihat Aoi sedang berdua dengan Takeru? Apakah ia cemburu karena Takerulah yang selalu menjadi tempatnya bercerita semua masalahnya? Apakah ia cemburu karena Takerulah yang selalu merasa paling mengerti Aoi? Apakah ia cemburu karena Aoi lebih memilih Takeru daripada dirinya?

Uruha pun bangkit dari kasurnya dan mengambil gitar akustik coklatnya yang selalu bertengger di sebelah kasur. Apabila ia memiliki pikiran, ia selalu berusaha merilekskan pikirannya dengan bermain gitar, karena gitar dapat memeberikan ketenangan pada dirinya. Ia pun memetikkan beberapa alunan lagu yang ia ciptakan. Dengan lincah, tangannya yang panjang dan lentik itu menekan senar gitar dengan lembut, sehingga melodi yang indah pun tercipta dari tangan tersebut.

Dan lagi – lagi, Uruha terbenam dalam pikirannya.

FANFIC - usual love story, [chapter 10]

Title : usual love story
Author : Kanon Kuroii
Chapter : 10/??
Genre : romance, humor
Pairing : AoixUruha, UruhaxAoi, ToraxAoi (one-sided), more to come
Rating : PG-13
Warning : Manxman, idiot author, hentai Tora!
Disclaimer : I put them in the dungeon. I DON’T OWN THEM!
Comment : fanfic series pertama^^d

Prologue/Chapter 1/Chapter 2/Chapter 3/Chapter 4/Chapter 5/Chapter 6/Chapter 7/Chapter 8/Chapter 9



A/N gomen baru lanjoooooooooot!! >.< -- abisnya akhir akhir ini lage ga mut ngetik. =w=a bahkan keaknya capter seanjutnya makin lama lagi. soalnya belon ada ide. XP gomen!


Uruha memarkirkan mobilnya di ujung taman dan berjalan menuju toko SCREAM PARTY, dimana teman – teman barunya berada.

“IRASHAI MA— oooh~ Uru-chaaan~” sapa Takeru gembira saat melihat Uruha yang masuk ke dalam toko mereka. Uruha pun hanya membalas Takeru dengan senyumannya. Sebenarnya kedatangan Uruha kemari untuk mencari Aoi. Tapi Aoi tidak terlihat di mana – mana.

“Ada apa kau kemari?” Takeru pun menuntun Uruha untuk duduk di sofa belakang meja kasir—dimana tempat Aoi sering duduk—

“Aku hanya mencari Aoi.” Jawab Uruha jujur. “Aku ingin bertanya ada apa dengan bibirnya yang robek,” Uruha menunjukkan wajah khawatir.

“Ooh~ masalah itu...” jawab Takeru dengan tenang.

“Kau tahu!?” Uruha menatap Takeru dengan tidak percaya.

“Of course!” Takeru menepuk – nepuk dadanya dengan bangga. “Aou kan selalu menceritakan segalanya padaku!”

“Lalu?”

***

Aoi memasuki toko SCREAM PARTY. Gitar hitamnya seperti biasa bertengger manis di punggungnya. Ia mendapatkan massage dari Takeru tadi siang, bahwa ia harus menemuinya di SCREAM PARTY karena Takeru rindu padanya. Aoi tidak dapat menolak permintaan Takeru karena Takeru adalah temannya yang berharga. Yang membuatnya merasakan kehangatan seorang ibu yang senang memeluk anaknya. Walaupun Takeru bukanlah seorang wanita.

“Aoi!“ Masato berlari ke arah Aoi dan memeluknya. “Irashai...“

“M—masato...“ Aoi berusaha melepaskan pelukan Masato dari tubuhnya. “Kau bersikap seperti Takeru saja... lepaskan aku!“

“Hehe. Gomen, gomen.“ Masato pun melepaskan pelukannya. “Oh! Kau tahu kalau Uruha ada di sini kan?“

“Apa!?“ Aoi menatap Masato dengan kaget. Masato pun hanya mengangguk pelan.

Akhirnya Aoi pun berjalan masuk ke dalam toko itu dan menemukan Uruha yang sedang bercanda dengan Takeru. Uruha tertawa dengan lepas. Baru pertama kali ini ia melihat muka Uruha yang begitu ceria dan bahagia, ia pun merasakan ada yang aneh di dalam dadanya.

“Ooh! AOUUUUUUUU!!” Takeru menyadari kedatangan Aoi dan segera beranjak dari sofa dan memeluk Aoi. Kecupan manis di pipi pun mendarat dengan mulus di pipi Aoi. Uruha hanya melihat mereka dari sofa. Walaupun dalam hatinya ia merasa iri pada Takeru karena bisa bersikap begitu santai dengan Aoi. Begitu pula dengan Aoi kepada Takeru.

“Takeru!“ Aoi berusaha melepaskan lengan Takeru yang melingkar di lengannya. Takeru pun dengan cepat langsung memukul kepala Aoi dengan tangannya. Membuat Aoi berteriak kesakitan.

“—Bukan Takeru. Tapi Mommy...“ ucapnya dengan dingin. Bibir tipisnya cemberut dengan cepat.

“Maaf, Mommy…” jawab Aoi pasrah. Takeru pun hanya tersenyum lebar.

Tiba – tiba pintu toko terbuka dan pelanggan pun masuk ke dalam. “Takeru! Pelanggan!” teriak Yuji dari depan toko.

“YAA!” Takeru pun membalasnya dan berjalan ke arah depan toko. Meninggalkan Aoi dan Uruha sendirian.

Dengan santai, Aoi pun duduk di sebelah Uruha. Uruha pun membenarkan posisi duduknya dan menundukkan kepalanya ke bawah.

“A—Aoi,” Uruha memanggil Aoi dengan suara yang sangat pelan, hampir tidak terdengar. Tapi Aoi mendengarnya dan menatap Uruha.

“Aku sudah mendengar cerita dari Takeru tentang luka di... bibirmu,” Uruha menggigit bibir bawahnya. Tidak begitu yakin apakah ia akan melanjutkan ceritanya. Ia sangat takut membuat Aoi marah. “Aku turut prihatin,”

Aoi hanya tertawa dengan pelan, senyumannya tawar. “Tidak ada yang perlu kau kasihani,”

Uruha pun mengangguk pelan dan menatap baju – baju yang di pajang di etalase toko. Semuanya begitu warna – warni.

“Kau tahu Aoi, aku merasa iri melihat sikap Takeru dan yang lain terhadapmu.” Uruha tersenyum kecil. Aoi hanya menatap lantai di depannya, mendengarkan apa yang di katakan Uruha. “—Mereka begitu dekat denganmu, kau terlihat bahagia saat bersama mereka. Kau bisa tertawa bersama mereka, berbeda saat bersamaku. Kau tidak pernah menunjukkan ekspresi kepadaku. Kau menceritakan semua masalahmu kepada mereka, tapi kau tidak pernah menceritakannya kepadaku. Kadang aku berpikir, apakah kau menganggapku sebagai teman?” Uruha memberanikan dirinya untuk menatap Aoi. Aoi pun menatapnya, ia menggigit tindikan di bibirnya dan raut mukanya seperti sedang menimbang – nimbang sesuatu. Uruha pun mengembalikan pandangannya ke arah lantai ketika ia merasakan bahunya yang tiba – tiba saja berat.

Uruha memalingkan kepalanya kembali dan menemukan Aoi telah bersandar ke bahunya. Mata hitamnya tertutup dengan rapat. Uruha hanya terdiam di tempat, tidak tahu harus bersikap seperti apa. Ia merasakan mukanya mulai memerah dengan perlahan. Haruskah dia memeluk pundak Aoi dan mendekapnya?

“A—Aoi,” Uruha berusaha menjauhkan dirinya dari Aoi, namun tangan Aoi dengan cepat langsung menarik tangan Uruha agar Uruha tidak pergi.

“Sebentar... biarkan seperti ini sebentar,” ucapnya pelan. Uruha pun hanya mengangguk pelan. Sejujurnya, ia menikmati saat saat seperti ini bersama Aoi.

Uruha menatap Aoi dengan seksama dan menemukan ada tanda merah di leher sebelah kirinya. “Aoi, mengapa ada tanda merah pada lehermu?“ tanyanya polos.

Dalam sekejap mata Aoi langsung terbelalak dan melepaskan senderannya dari pundak Uruha. Tora! – pikiran Aoi langsung tertuju pada orang yang sudah pasti memberikan tanda ini kepadanya tadi siang. “...Bukan apa – apa,“ jawabnya gugup sambil menutupi tanda tersebut dengan tangannya.

Benar, ini bukan apa – apa.

***

Miyavi bersandar di pinggir kolam renang pribadi keluarganya. Secangkir sake dengan manis bertengger di tangan kanannya. Seperti biasa ia hanya menghabiskan waktunya dengan bermalas – malasan atau bermain gitar. Ia melihat Aoi keluar dari dalam rumah dan berjalan ke arahnya.

“Selamat siang adikku tercinta, ada yang bisa ku bantu?“ ucapnya sambil menoleh ke arah Aoi yang duduk di kursi santai di dekat kolam renang.

Aoi menatap kakaknya yang sedang bersantai di kolam renang, memang Miyavi adalah kakaknya, tapi ia tidak begitu dekat dengan Miyavi. Karena Miyavi adalah orang yang sangat berbeda dengan dirinya. Ia memiliki sifat yang mudah bergaul dan memiliki banyak teman. Sangat berbeda dengan dirinya. Ia pun menghelakan nafasnya dengan pelan. “Aku ingin bicara denganmu, bisa?“

Miyavi tersenyum kecil mendengar tawaran adiknya itu dan keluar dari kolam renang. Ia pun duduk di kursi sebelah Aoi yang kosong. “Apa saja untuk adikku tercinta! Ayo, ceritalah...“

Aoi menggigit bibir bawahnya, terlalu bingung untuk mulai cerita ini dari mana. Akhirnya ia pun menarik nafas dalam – dalam. “—Kau tahu kalau aku anak yang anti sosial kan?“ Miyavi hanya mengangguk mendengar pernyataan adiknya barusan. “Emm... ada seorang anak dari sekolahku yang ingin berteman denganku. Aku menolaknya dan ia terus memaksaku, dan aku mengatakan ia. Sejujurnya aku merasa senang karena akhirnya memiliki teman, ia sangat baik dan perhatian padaku. Dia bahkan marah saat melihat lukaku yang di pukul oleh ayah. Tapi...”

Miyavi tersenyum melihat tingkah adiknya yang seperti orang kelabakan. Ia belum pernah melihat adiknya seperti ini sebelumnya. ”—Kau mencintainya...” ucapnya singkat.

“APA!?” Aoi hampir saja menggigit lidahnya sendiri saat mendengar penjelasan Miyavi yang singkat itu. Tidak mungkin dia suka Uruha karena mereka sudah pasti sama – sama laki – laki. Dan dia bukan gay. Jadi hal itu tidak mungkin terjadi. Tidak mungkin!

“Bagaimana kau bisa berpikiran seperti itu?” tanya Aoi dengan muka yang penuh dengan rasa penasaran.

Miyavi hanya tertawa kecil. “Pipimu yang memerah itulah yang menunjukkan segalanya,” dengan iseng, Miyavi mencubi pipi Aoi dan mendapatkan pukulan yang lumayan kencang di bahunya dari Aoi. Aoi pun menggerutu kesal. Ia tidak percaya pipinya memerah saat ia memikirkan Uruha.

“Tapi...” Aoi menundukkan kepalanya. “—Dia laki – laki,” ucapnya dengan sangat pelan, bahkan hanya seperti berbisik.

Miyavi yang sedang meminum jusnya dengan sepontan langsung tersedak mendengar pernyataan Aoi barusan. “Apa?“ ia mendekatkan kupingnya ke Aoi agar ia dapat mendengarkan dengan jelas.

“Dia laki – laki, bodoh!“ ucap Aoi kesal dan ia pun berteriak di telinga Miyavi. Sepontan, Miyavi langsung menjauhkan kupingnya dari Aoi dan menutupnya dengan tangannya. Tapi tiba – tiba Miyavi tertawa terbahak – bahak. Aoi yang sedang malu pun melihatnya dengan tatapan heran.

“Selamat datang di duniaku, adikku...“ ucap Miyavi riang sambil menepuk pundak Aoi pelan dan kembali masuk ke dalam kolam renang.


HAPPY BIRTHDAY SHOU-KUN! XD


NYAPPY BIRTHDAY TSU YU SHOU-KUUUUUN ! ! XD



hope all you wish will come true~ C:

sumpah! guw hampir lupa ama ultah selingkuhan guw sendiri ! seinget guw sih si shou tu ultahnya bareng sama sepupu guw. en tadi pagi pas liat di remainder, kepikiran "keaknya ada satu lagi deh yang ultah..."

TERNYATA!! yeeey~ XD

semoga makin sekseh!

Back to Home Back to Top Zealotus. Theme ligneous by pure-essence.net. Bloggerized by Chica Blogger.